Tuesday, 20 October 2015

Darurat Kesehatan Paru-paru akibat Kabut Asap



Kabut asap yang berasal dari kebakaran hutan merupakan polutan berbahaya bagi kesehatan paru-paru, lantaran mengandung PM10, SO2, NOx, dan O3 yang menimbulkan inflamasi dan iritasi pada saluran pernapasan.
Kebakaran hutan tahun 2015 kembali terjadi di sejumlah pulau di Indonesia, terutama Sumatera dan Kalimantan. Akibatnya, 80 persen wilayah Sumatera diselimuti kabut asap dengan perkiraan 22,6 juta penduduk menghirup udara yang tercampur asap yang pekat.
Sementara, di Kalimantan diperkirakan 3 juta penduduk. Kebakaran hutan dapat terjadi karena faktor manusia dan faktor alam. Faktor alam umumnya terjadi pada musim kemarau, saat cuaca sangat panas.
Pada lahan gambut, kebakaran di bawah tanah (ground fire) dapat menyulut kebakaran luas di permukaaan tanah. Hutan yang telah dieksploitasi sehingga terjadi degradasi dan ditumbuhi semak belukar, rentan untuk terbakar. Di Amerika Serikat, hutan yang kering akibat musim kemarau yang panjang akan mudah sekali terbakar jika tersambar petir.
Tetapi, faktor manusia merupakan penyebab krusial untuk kebakaran hutan sehubungan alih fungsi menjadi lahan pertanian atau perkebunan. Statistik bencana kebakaran hutan menunjukkan, di Indonesia 90 persen kebakaran karena faktor manusia. Sedangkan di Amerika Serikat tahun 2006, 83 persen karena faktor manusia dan sisanya 17 persen karena sambaran petir.
Sementara, membuang puntung rokok yang masih menyala di semak belukar yang kerontang di area sekitar hutan merupakan faktor kecerobohan manusia yang berisiko untuk terjadi bencana kebakaran hutan.
Tetapi dari aspek kesehatan tubuh manusia, skala luas berdampak pada sistem pernapasan yang akibat menghirup udara yang mengadung polutan. Asap putih yang pekat mengadung partikel dan senyawa oksida sebagai hasil pembakaran senyawa organik yang terdapat pada daun dan batang pohon.
Pasalnya, pada daun dan kayu pada batang terkandung elemen logam organik yang mudah terbakar antara lain kalium, magnesium, dan natrium. Asap merupakan gangguan atau ancaman bagi tubuh manusia secara fisik. Lantaran mengandung polutan yang berbahaya bagi kesehatan manusia, asap dari kebakaran hutan menurunkan kualitas udara.
Buruknya kualitas udara merupakan potensi mengancam kehudipan, sebab udara merupakan kebutuhan vital bagi manusia sepanjang hayat. Dalam asap kebakaran hutan terkandung polutan yang berbahaya di antaranya partikulat, ozon, sulfur dioksida, dan nitrogen oksida. Partikulat adalah materi debu berdiameter sangat halus yang tersuspensi dalam gas atau asap dari hasil suatu kebakaran. Partikulat-10 (PM10) artinya materi debu yang berdiameter 10 mikron atau kurang.
Partikulat dapat membatasi jarak pandang mata dan juga mengadakan berbagai reaksi kimia di udara. Pada mukosa saluran pernapasan, partikulat- 10 dapat menimbulkan peradangan, lantaran dapat mengendap pada bronkus hingga dinding alveoli organ paru-paru, bahkan dapat menerobos masuk ke dalam aliran darah, sehingga berbahaya bagi organ jantung.
Kadar PM10 di atas 100 mikrogram per meterkubik udara meningkatkan angka kematian dan hospitalisasi penderita asma. Kadar sulfur oksida (SO2) terkait dengan peningkatan insidensi penyakit dan kematian penyandang asma. Sebab mukosa saluran napas penderita asma sangat peka terhadap kadar SO2 yang rendah.
Paparan SO2 dalam hitungan menit, dapat memicu penyempitan saluran napas (bronkokonstriksi) pada penderita asma terutama saat melakukan aktivitas olahraga. Meskipun begitu, bronkokonstriksi ini dipengaruhi pula oleh faktor suhu, kelembaban udara, dan jenis olahraga.
Bahaya Ozon Polutan
Ozon merupakan gas yang reaktif. Terbentuk oleh 3 atom oksigen (O3). Ozon ditemukan pada permukaan dan atmosfer bumi. Tetapi, ozon (O3) pada pemukaan bumi dan atmosfer memiliki efek yang berbeda terhadap tubuh manusia.
Ozon pada atmosfer terdapat pada lapisan stratosfer pada ketinggian 16-48 kilometer dari permukaan bumi, yang berfungsi positif sebagai protektor sinar ultraviolet bagi organ kulit tubuh manusia. Sementara ozon pada permukaan bumi merupakan polutan berbahaya bagi organ paru-paru.
Ozon polutan ini terbentuk dari reaksi sinar matahari dengan hasil pembakaran tanaman, khususnya senyawa nitrogen oksida (NOx). Juga hasil pembakaran mesin mobil dan industri. Jenis ozon ini merupakan komponen utama dari asap (smog), dan cenderung berkadar lebih tinggi pada musim kemarau.
Ozon permukaan atau ozon polutan ini, dapat memperburuk kondisi kesehatan paru-paru, baik pada individu sehat maupun penyandang asma. Pasalnya, kehadiran ozon ini dapat menyebabkan inflamasi dan iritasi pada saluran pernapasan sehingga menyebabkan sulit bernapas. Bahkan pada paparan kronis terjadi pembentukan jaringan paru-parut pada lapisan epitel saluran napas.
Beberapa manifestasi gejala akibat terpapar kadar ozon yang tinggi adalah nyeri dada, batuk, mengi, serta iritasi tenggorok dan hidung tersumbat (kongesti). Dapat memperburuk penyakit asma, bronkitis, emfisema, penyakit paru-paru obstruktif kronis (PPOK), dan kematian pada usia lebih muda.
Individu yang peka terhadap ozon polutan adalah anak-anak lantaran diameter saluran napas lebih kecil, orang dewasa yang bekerja atau berolahraga di luar rumah, lanjut usia, individu dengan penyakit paru-paru khususnya asma dan PPOK, dan individu yang sensitif terhadap ozon polutan. Kadar 30 parts per billion (30 ppb, atau 30 mikrogram ozon per kilogram udara) berpotensi menimbulkan serangan kambuh asma pada anak, sehingga terjadi peningkatan hingga 60 persen kunjungan darurat medis di rumah sakit pada musim kemarau dibanding musim dingin di Amerika Serikat.
Merupakan kabar buruk bagi individu dewasa penyandang asma bahwa paparan 70 parts per billion ozon polutan selama 6,6 jam dapat menyebabkan efek negatif terhadap fungsi paru-paru.
Untungnya paparan ozon ini bersifat mudah pulih (reversible) pada individu sehat. Saran dari United States Environmental Protection Agency (EPA) terhadap ozon polutan pada saat kebakaran hutan di musim kemarau, jikalau papan petunjuk indeks standar pencemar udara (ISPU) menunjukkan kadar ozon (O3) pada skala berbahaya, maka batasi kegiatan di luar rumah, apalagi beraktivitas olahraga di saat kabut asap. Tambahan pula, ozon polutan meningkat kadarnya pada tengah hari atau hingga sekitar pukul 2 siang. Yakinkan AC atau pendingin ruangan berfungsi normal selama musim kemarau.
Jika melakukan perjalanan, dianjurkan lebih memilih menggunakan kendaraan umum, berjalan kaki, atau bersepeda, sehingga dapat mengurangi emisi ozon polutan khususnya pada musim kemarau. Gunakan senyawa kimia secara bijaksana, di antaranya cat dinding yang rendah kadar VOC (volatile organic compound). Sebab VOC dapat berinteraksi dengan udara panas dan sinar matahari menjadi ozon polutan. (11)
––F Suryadjaja, dokter pada Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali.
Sumber : Suara Merdeka 

Gangguan Kesehatan Pada Usia Lanjut


Kesehatan orang tua atau usia lanjut tentu berbeda dengan anak-anak atau orang dewasa. Ada tiga aspek yang mempengaruhi kesehatan para usia lanjut, yaitu dari segi biologis, psikologis , dan sosial yang sering diistilahkan dengan aspek Biopsikososial.
Aspek pertama, biologis, dimana kesehatan fisik atau fungsi organ tubuh banyak menurun kualitasnya dibanding ketika usia muda, apalagi jika ditambah adanya penyakit yang menyerang beberapa organ sekaligus. Kedua psikologis menunjukkan, aspek kejiwaan orang tua sangat mempengaruhi kesehatannya secara keseluruhan. Contohnya depresi dan rasa duka cita yang mendalam. Dan yang ketiga aspek sosial, mencakup ekonomi, dan lingkungan yang mulai berkurang.
Dokter Hadi Martono Spesialis Geriartri Rumah Sakit Telogorejo Semarang menjelaskan, penyakit yang biasa menyerang usia lanjut , dibagi menjadi tiga.
1. Degenaratif
Penyakit yang diderita umumnya sama dengan yang terjadi pada anakanak atau orang dewasa, tetapi yang diderita usia lanjut, jenis dan jumlahnya berbeda. Penyakit degeneratif yang terjadi pada usia lanjut, biasanya dibarengi adanya penurunan fungsi anatomi dari organ-organ penyebab penyakit tersebut. Beberapa penyakit bisa menimpa pada satu orang secara bersamaan, contohnya diabetes mellitus, tekanan darah tinggi, penyakit jantung, dan gagal ginjal menimpa seseorang. Dapat pula terjadi komplikasi dari penyakit sebelumnya. Sedangkan pada anak muda hanya terjangkit penyakit infeksi dan pada satu orang tersebut jarang terjadi komplikasi.
2. Status Fungsional
Status fungsional biasa dikenal oleh perawat, dokter maupun tenaga kesehatan lainnya, munculnya gangguan pada aktivitas hidup sehari-hari. Seseorang tidak bisa lagi melakukan beragam aktivitasnya secara mandiri, seperti makan dan mandi yang disebut dengan kemampuan motorik dasar. Selain itu, seseorang tidak dapat melakukan aktivitas seperti menghitung uang dan telepon yang disebut dengan kemampuan kognitif.
3. Syndrome geriatri
Merupakan kumpulan dari beberapa gejala, contohnya jatuh. Penyebab jatuh bermacam-macam sehingga dokter terkadang kurang mengerti bagaimana mengobatinya karena itu baru gejala, tetapi di bidang kesehatan usia lanjut dokter geriatri akan mencari penyebabnya. Seperti halnya dengan pikun, stroke, dan patah tulang. Patah tulang pun tidak terjadi karena jatuh saja, tetapi ada penyakit lain yang mempengaruhi tulang menjadi mudah patah.
Kesimpulannya penyakit usia lanjut lebih kompleks daripada penyakit pada usia muda dan anak-anak, serta membutuhkan pengetahuan yang cukup dari dokter spesialis penyakit dalam sub geriatri untuk dapat mencari penyebab dan mengobatinya. SMC RS Telogorejo termasuk dalam tiga rumah sakit besar di Semarang yang telah memiliki dokter spesialis penyakit dalam yang mampu menangani pelayanan kesehatan usia lanjut.
Dalam rangka hari lanjut usia internasional yang jatuh pada setiap tanggal 1 Oktober, SMC RS Telogorejo menganjurkan para usia lanjut memahami dan menyebarluaskan upaya pencegahan dan penjagaan kesehatan usia lanjut melalui semboyan BAHAGIA yang berlaku untuk seluruh lanjut usia. Semboyan BAHAGIA ini mengajak para lansia untuk menjalankan tindakan perpanjangan dari kata tersebut
- B, berat badan supaya diusahakan normal / ideal mungkin
- A, aturlah makanan hingga seimbang
- H, hindari faktor-faktor risiko penyakit degeneratif (jantung koroner, gula, dsb.)
- A, agar terus berguna dengan mempunyai kegiatan / hobi yang bermanfaat
- G, gerak badan teratur wajib terus dilakukan
- I, iman dan takwa ditingkatkan, hindari dan tangkal situasi yang menegangkan
- A, awasi kesehatan dengan memeriksakan badan secara periodik.

Sumber : Suara Merdeka

Menyingkirkan Kebiasaan Merokok


Para perokok aktif bukan tidak menyadari bahaya atau efek terhadap kesehatan akibat merokok. Para perokok sadar sepenuhnya akan beragam risiko penyakit yang mengintai, serta efek terhadap lingkungan sekitarnya anak dan istri atau suami, lalu terbersit niat ingin berhenti.
Namun sayangnya, niat hanyalah niat. Karena tidak tahu harus memulai dari mana. Dilema yang sering dialami para perokok aktif adalah, tak tahu harus melakukan apa, untuk mendukung niatnya berhenti. Keinginan sudah ada, namun aksi yang belum nyata. Gita Christiana S.Psi,M.Psi dari SMC Telogorejo Semarang menuturkan, merokok termasuk perilaku, kebiasaan atau kecanduan yang mengakar pada alam bawah sadar.
Dari sisi psikologis manusia, penggunaan nikotin membentuk sebuah kebutuhan; bahwa tubuh kita ‘harus’ terus diasupi nikotin karena hal tersebut merupakan ‘kebutuhan’. Inilah yang membuat orang menjadi candu. Dan biasanya, seiring berjalannya waktu dan ‘asupan’ yang rutin, kadarnya akan terus bertambah.
Meskipun begitu, karena merokok termasuk perilaku, hal ini bisa dihilangkan. Gita membeberkan beberapa hal yang bisa Anda lakukan jika ingin berhenti. Hal pertama yang harus dimiliki seorang perokok jika ingin berhenti adalah niat dari dalam diri sendiri. Bukan karena diperintahkan atau diminta pasangannya, orangtua, atau siapapun. Jika sudah niat ingin berhenti, maka yang harus Anda lakukan adalah berhenti total, bukan dengan cara mengurangi.
“Mengurangi, atau mengganti konsumsi kejenis rokok yang lebih ringan akan percuma karena otak tetap memerintahkan kita untuk mengkonsumsi dengan jumlah yang sama dengan sebelumnya. Jadi, jika memang ingin berhenti, ya, harus langsung berhenti total,” tutur Gita.
Dukungan sosial
Selain niat, dukungan sosial dari lingkungan terdekat juga berperan penting. Mintalah anak, istri atau suami, orangtua atau sahabat, untuk mendukung keinginan Anda berhenti merokok. Tekankan juga pada mereka, bahwa Anda harus berhenti total, bukan mengurangi. Berikutnya, Anda harus memiliki mindset. Maksudnya, Anda harus punya alasan kuat dan jelas mengapa ingin berhenti merokok. Alasan yang kuat akan terus memotivasi, dan tak tergoda untuk terjerumus kembali.
Alasan yang jelas tersebut misalnya tak ingin terkena penyakit jantung, Anda memiliki penyakit asma karena merokok, anak Anda segera lahir dan tak ingin membuatnya sakit karena asap rokok, dan alasan-alasan kuat lainnya. Sedangkan alasan-alasan yang kurang kuat seperti takut dimarahi orangtua atau pasangan, biasanya tidak membuat kita mantap memutuskan untuk berhenti.
Kemudian, Anda harus mengidentifikasi waktu atau momen apa yang biasanya memicu keinginan untuk merokok. Misalnya ketika stress akibat pekerjaan, setiap merasa sedih, atau ketika sedang dilanda emosi-emosi negatif lainnya. Nah, dari serangkaian permasalahan yang menimbulkan keinginan untuk merokok tersebut, cari solusi untuk mengatasinya. Karena merokok hanya bersifat pelampiasan.
Jika Anda merasa tak memiliki solusi sebagai pengganti rokok, misalnya keharusan merokok setiap selesai makan, alihkan terhadap hal lainnya. Misalnya menyantap dessert, permen, mengkonsumsi buah-buahan dengan rasa asam, banyak minum air putih, minum jus, atau mengkonsumsi hal-hal lainnya sebagai pengganti rokok.
Tega memutus lingkaran kenangan dengan rokok, juga perlu Anda lakukan. Untuk di rumah misalnya, buang semua asbak, bersihkan sofa, karpet, tirai dan lainnya yang berbau asap rokok. Karena hanya dengan mencium aromanya, bisa memicu otak terhadap keinginan terhadap rokok. Selanjutnya adalah menentukan target. Anda harus berhenti dalam kurun waktu satu minggu, satu bulan, empat bulan, atau berapapun target yang Anda inginkan. “Menentukan target ini penting karena berkaitan dengan keinginan untuk mengubah perilaku. Tanpa target, sama saja dengan memiliki keinginan tanpa tujuan,”
Berikutnya adalah, sesuai yang disarankan para ahli kesehatan, menjalani hidup sehat; berolahraga dan mengkonsumsi makanan sehat. Tidak perlu langsung giat berolahraga kardio hingga berjam- jam dan melakukannya sesering mungkin. Yang terpenting adalah, meskipun hanya melakukan olahraga ringan seperti jalan kaki, renang atau yoga seminggu sekali, jauh lebih baik jika dilakukan terus secara teratur. Jika kita telah terbiasa menjalani pola hidup sehat, maka secara otomatis tubuh akan menolak halhal yang negatif, seperti rokok.
Terakhir, menghadiahi diri sendiri. Menurut Gita, hal ini juga penting, karena selain memotivasi, kita perlu mendapat penghargaan atas usaha keras dalam memutus rantai konsumsi rokok. Memberi penghargaan ini bisa melalui berbagai hal, yang sesuai dengan keinginan atau hobi. Mulai dari makan di restoran mewah, melakukan perawatan spa, berlibur, hingga membeli bendabenda idaman. Misalnya sepatu, jam tangan, perhiasan, telepon pintar, dan benda-benda idaman lainnya. Karena jika dikalkulasi, uang yang biasanya Anda habiskan untuk membeli rokok, jika diakumulasi dalam satu bulan saja, sudah bisa untuk membeli barang-barang idaman, yang tak mungkin Anda beli ketika masih menjadi perokok aktif. (Mutiara Manggia- 11)
Sumber : Suara Merdeka

Waspada Stroke di Usia Muda


HATI – hati, usia di bawah 45 th juga rentan terserang stroke. Kehidupan anak muda di zaman ini cenderung kurang peduli dengan kondisi kesehatannya. Gaya hidup tidak sehat seperti mengkonsumsi makanan dengan kadar kolesterol tinggi (junkfood), merokok, dan kurang olahraga. Pola hidup yang kurang baik pada usia muda dapat meningkatkan risiko stroke dini. Walaupun kita merasa masih muda namun tetap harus waspada dengan gejala penyakit yang dapat menyerang tubuh kita, misalnya penyakit stroke yang dapat menyerang siapa saja tanpa pandang usia. Apa itu stroke? Menurut WHO tahun 1976, seperti yang disampaikan dr Maria Belladonna Rahmawati S, Sp.S, MSi.Med, dokter spesialis saraf RS Telogorejo, penyakit stroke merupakan gangguan aliran darah otak yang berlangsung secara mendadak atau tibatiba, sampai dengan lebih dari 24 jam dan bisa terjadi secara fokal (area tertentu) atau global (seluruh) yang dapat menimbulkan kecacatan bahkan hingga kematian. Definisi terbaru tahun 2013 menurut American Stroke Association, penyakit stroke merupakan penyakit yang tidak hanya mengenai bagian otak saja namun dapat mengenai medula spinalis atau saraf tulang belakang dan sel retina mata yang terbukti dari pemeriksaan neuro imaging, neuropatologis dan atau bukti klinis adanya cedera atau kerusakan. Jenis 1. Iskemik / Sumbatan Menumpuknya plak (timbunan kolesterol) dalam pembuluh darah.
Pertumbuhan plak ini membuat dinding dalam arteri menjadi tebal sehingga diameter lubang pembuluh darah menyempit dan menghalangi aliran darah. Darah akan tertahan dan menggumpal sehingga pasokan oksigen ke otak menjadi lambat. Bila gejala yang timbul karena terganggunya pasokan darah itu berlangsung singkat lalu pulih kembali disebut Transcient Ischemic Attack (TIA) atau gangguan peredaran darah sesaat di otak. Sewaktu serangan terjadi, tubuh akan melepaskan enzim yang akan melarutkan gumpalan tersebut dengan cepat dan memperbaiki aliran darah. 2. Hemorrhagic / Perdarahan Jenis stroke ini bisa terjadi bila salah satu pembuluh darah di otak bocor atau pecah. Darah yang keluar dari pembuluh yang bocor akan mengenai sel-sel otak dan jaringan otak sehingga menimbulkan kerusakan. Meskipun serangan ini jarang terjadi dibandingkan dengan stroke iskemik, tetapi stroke ini lebih sering mematikan. Biasanya sekitar 50 persen penderitanya meninggal dunia. Pada umumnya stroke ini disebabkan oleh tekanan darah tinggi (hipertensi), namun bisa juga disebabkan oleh pembengkakan pembuluh darah atau aneurisma, yang terbentuk akibat faktor usia dan keturunan. Stroke yang menyerang anak muda biasanya tipe hemoragik. Siapa yang bisa terkena stroke? Penyakit stroke pada zaman dahulu menyerang pada usia 50 tahun ke atas, tetapi akhir-akhir ini kecenderungan penyakit stroke dapat terjadi pada usia di bawah 45 tahun, bahkan anak-anak dapat juga terserang penyakit ini. Penyebab pada anakanak ini karena, adanya anomali pembuluh darah (kelainan bawaan) atau AVM (arteri venous malformation), pasca infeksi, trauma (benturan akibat kecelakaan atau jatuh), penyakit jantung, anemia sel sabit dan dehidrasi. Lalu pada usia muda di bawah usia 45 tahun, terjadi karena ada beberapa faktor, seperti kelainan pembuluh darah otak, jantung, perokok berat, sering migraine, kehamilan (ibu hamil), obesitas, dan kelainan hematologi yang meliputi defisiensi protein C dan S, anti thrombin III dan anti phospholipid syndrome. Faktor Hal yang meningkatkan risiko terjadinya disebut sebagai faktor risiko stroke. Dengan menyadari bahwa Anda memiliki risiko dapat mendorong mengubah gaya hidup guna mengurangi risiko tersebut. Faktor risiko stroke yang dapat dimodifikasi harus dikendalikan dengan baik dan tentu saja harus dikonsultasikan dengan dokter terlebih dahulu, seperti hipertensi, diabetes, rokok, dislipidemia (kolesterol dan trigliserid tinggi atau lemak darah), asam urat, gangguan pembekuan darah / gangguan hematologi dan OSA(Obstructive Sleep Apneu) yang merupakan kondisi mendengkur di mana ada periode nafas berhenti sementara (apneu). Apa tanda-tanda stroke? Kita dapat mengenali tanda-tanda stroke dengan singkatan FASTyaitu Face (wajah merot), Arm (lengan lemah), Speech (bicara pelo), Time (waktu / tiba-tiba saja terjadi gangguan). Gejalagejala yang ditimbulkan oleh penyakit Stroke, yaitu melemahnya anggota gerak di satu sisi, bicaranya pelo, mulut merot, mengalami kebas atau baíal separuh tubuh, kesemutan separuh tubuh, gangguan keseimbangan dan tiba-tiba tidak nyambung saat diajak berbicara. Untuk info lebih lanjut silahkan menghubungi Call Center 24 Jam SMC RS Telogorejo di nomer telp. (024) 8646 6000. (Benedicta Renviananda Lorano-11)
Sumber : Suara Merdeka

Sayangi Indera Pendengaran



TERBIASA mendengarkan musik melalui telepon pintar ataupun iPod ketika berkendara, sambil bekerja, atau menjelang tidur, seringkali dianggap tidak ada masalah sama sekali. Ini hanya merupakan kebiasaan, bukan sesuatu yang membahayakan. Namun, hal tersebut merupakan salah satu dari kebiasaan yang membahayakan organ pendengaran kita. Banyak kebiasaan yang dianggap biasa saja, namun sebenarnya berpengaruh buruk terhadap kesehatan pendengaran kita. Sebelum lebih jauh membahasnya, ada empat jenis gangguan pendengaran berdasarkan penyebabnya. Dr Dwi Antono, SpTHTKL( K) dari RSUPdr Kariadi Semarang menjelaskan, empat jenis gangguan tersebut adalah tuli kongenital atau bawaan sejak lahir, tuli karena usia atau presbikusis, tuli karena infeksi (misalnya karena radang tonsil, adanya lendir atau kotoran pada liang telinga), serta tuli karena polusi suara (noise induced). Noise induced tak hanya berasal dari tempat- tempat seperti pabrik, atau industri rumahan yang memproduksi barang-barang dari besi, baja atau logam (misalnya knalpot). 

Tapi juga jalanan atau lalu lintas kendaraan bermotor, klub atau tempat-tempat yang memutar musik dengan keras, konser musik, tempat permainan daring (game online), area bermain anak-anak yang biasanya terdapat pada pusat-pusat perbelanjaan, serta kebiasaan mendengarkan musik melalui gawai (telepon pintar ataupun iPod). Perkembangan industri dan teknologi membuat lingkungan kita menjadi tempat yang lebih bising untuk ditinggali. Polusi suara menjadi hal sehari-hari yang mudah kita jumpai. Suara-suara yang terlalu bising, atau dengan desibel tinggi, bisa merusak bagian dalam telinga kita. 

Begitu juga jika kit sering terpapar suara (tak terlalu) bising yang berulang atau terus-menerus berbunyi atau menderu. Jika hanya satu kali terpapar suara keras, tentu tidak akan menyebabkan gangguan pendengaran berat atau ketulian. Namun jika kita sering terpapar intensitas suara yang tinggi tersebut secara berulang hingga dalam periode tertentu, bisa menyebabkan trauma pada telinga. Yang mana trauma tersebut bisa menyebabkan berkurangnya kemampuan pendengaran, telinga berdengung (tinnitus), atau pusing (dizziness). “Sel-sel rambut dalam reseptor pendengaran bisa mengalami kerusakan, dan jika sudah rusak, ini menjadi rusak permanen (tidak bisa disembuhkan),” 

Dalam jangka waktu yang panjang, sering berada pada tempat bising dapat menyebabkan gangguan psikis seperti hiperagresif hingga depresi. Berapa desibel yang dianggap normal, dan yang berbahaya bagi telinga kita? Normalnya adalah sekitar 20 – 25 dB. Lebih dari itu, merupakan gangguan suara ringan, sedang, dan berat; yakni sekitar 80 dB keatas. 

Berdasarkan survei yang dilakukan komnas PGPKT(Penanggulangan Gangguan Pendengaran dan Ketulian), rata-rata tinggi desibel ditempat-tempat bermain anak-anak adalah 97 dB, lalu-lintas sekitar 70 dB, dan pabrik yang rata-rata di atas 100 dB. “Batas waktu untuk berada dalam ruangan atau tempat dengan kebisingan sekitar 90 dB hanya 30 menit. Padahal anak-anak yang bermain di arena tersebut biasanya betah hingga satu jam lebih,” 

Solusi bagi kesehatan pendengaran Hal lain yang tak kalah mengejutkan, instrumen atau perangkat elektronik yang biasa digunakan untuk mendengarkan musik, berada pada level rata-rata 80 dB. Semakin tinggi volume, tentu semakin tinggi desibelnya. Dan kebiasaan rata-rata anak muda, tidak hanya mendengarkan musik dengan volume tinggi, tapi juga mendengarkannya selama berjam-jam. Misalnya, mendengarkan lagulagu menjelang tidur, hingga mereka tertidur, dengan posisi earphone yang masih menempel telinga. Nah, kebiasaan tersebutlah yang menyebabkan generasi muda menjadi generasi yang mengalami gangguan pendengaran; tidak bisa merespon suara pelan. Melihat gaya hidup atau kebiasaan anak muda yang seperti ini, membuat komnas PGPKTbersama para ahli (dokter spesialis THT) melakukan sosialisasi ke sekolah-sekolah, serta instansi lainnya, mengenai pentingnya kesehatan pendengaran. Ironisnya, masalah pendengaran belum dianggap sebagai hal yang penting. Terlebih lagi, masih adanya anggapan bahwa orang yang menderita ketulian dianggap memiliki kasta lebih rendah. Orang-orang yang bekerja pada tempattempat berpolusi suara, misalnya pabrik, enggan memakai APD (Alat Pelindung Diri) atau earplug. Jika sudah terlanjur mengalami masalah pendengaran atau tuli, mereka juga enggan memakai alat bantu dengar. Selain karena dipandang sebagai barang mewah, mereka enggan dianggap sebagai seseorang yang tuli. Selain itu, keengganan menggunakan APD bisa menyebabkan banyak orang mengalami presbikusis lebih awal. Jadi, bukan tanpa solusi jika Anda bekerja, atau sering berada di tempat yang memiliki tingkat kebisingan tinggi. (Mutiara Manggia- 11)

Sumber : Suara Merdeka

Kenali Tanda Stres pada Anak


JIKA orang dewasa bisa (mudah) mengalami stres, maka anak-anak juga bisa mengalaminya. Banyak yang memengaruhi stres pasa usia anak. Tentu saja, orangtua memiliki tugas penting untuk mengenali tanda-tandanya.
Banyak hal yang bisa membuat anak-anak mengalami stres. Mulai dari lingkungan sekolah, teman-temannya, orangtua, hingga bagaimana ia menilai dirinya sendiri. Dalam lingkungan sekolah, pernah atau selalu menjadi korban bullying, bisa membuatnya takut dan tidak mau berangkat ke sekolah. Tentu saja, ia menjadi stress karena takut di-bully.
Selain itu, merasa tidak ‘populer’atau tidak dianggap keberadaannya —misalnya tidak diundang ke pesta ulangtahun teman sekelasnya—, merasa tidak pintar dalam akademis, jam belajar yang panjang, dan tuntutan untuk selalu mendapatkan nilai bagus, bisa membuat sang anak stres. Adapun secara personal atau kehidupan di rumah, perasaan insecure seperti merasa gemuk atau tidak cantik, serta orangtua yang selalu sibuk, juga bisa memicu stres pada anak.
Dan ada banyak lagi kemungkinan-kemungkinan yang bisa memicu stress pada mereka. Gita Christiana S Psi M Psi menuturkan, ada empat faktor yang mempengaruhi stres pada anak. Yakni kepribadian, banyak atau tidaknya stressor atau faktor pencetus stres, kematangan mental, dan dukungan sosial. Anak yang introvert lebih mudah
stres daripada mereka yang ekstrovert. “Ini karena anak yang introvert cenderung menutup diri atau memendam kesedihannya jika ada masalah. Berbeda dengan anak yang terbuka terhadap teman dan orangtuanya,” papar Gita.
Yang kedua, semakin banyak stressor, semakin tinggi tingkat stres mereka. Misalnya jika kehidupan di rumahnya tidak harmonis, teman-teman atau guru di sekolahnya pun tidak memperlakukannya dengan baik, serta selalu mendapatkan nilai jelek, otomatis anak lebih mudah stres. Ketiga, semakin matang mental seorang anak, responnya terhadap menghadapi masalah juga semakin matang.
Ibaratnya, anak usia 12 tahun pasti lebih bijak dalam menyikapi masalah dibandingkan anak yang berusia 7 tahun. Dan yang terakhir, dukungan sosial dari lingkungan terdekatnya. Yakni keluarga dan temanteman dekatnya. Banyaknya dukungan dari orang-orang yang ia sayangi ketika ia sedang bersedih, bisa mengurangi ‘beban’yang ia rasakan.
Perubahan perilaku
Orangtua harus bisa membaca tanda-tanda perubahan perilaku pada anaknya, yang secara umum merupakan tanda jika anak mengalami stres. Yang pertama, perubahan emosi.
Tiap anak memiliki reaksi emosional yang berbeda dalam menanggapi stres. Ada yang menjadi pendiam, mudah marah, atau menjadi sensitif seperti mudah menangis. Kedua, aktivitas sehari-harinya menjadi terganggu. Misalnya jadi malas atau tidak mau masuk sekolah, atau pola makan dan tidur jadi berubah. Ada yang karena stres jadi banyak makan, atau tidak mau makan. Ada yang sulit tidur, ada pula yang jadi berlebihan jam tidurnya.
Yang terakhir adalah regresi atau kemunduran perilaku. Misalnya anak yang sudah jauh melewati masa mengompol, tiba-tiba jadi mengompol. Menghisap jempol, mengalami mimpi buruk, atau menggigit kuku, juga termasuk perilaku regresi, yang harus diwaspadai para orangtua.
Peran orangtua
Mengerti hakikat dan perannya sebagai orangtua, merupakan hal penting yang harus dimiliki tiap orangtua, yang tak hanya bisa mengurangi stres pada anak, tapi juga untuk membangun kedekatan emosional, plus memiliki kualitas waktu bersama anak-anaknya.
“Orangtua merupakan psikolog nomor satu bagi anak-anaknya. Dan kedekatan emosional yang baik, membuat orangtua memiliki insting terhadap penyebab stres pada anaknya, sekaligus cara mengatasinya,” ujar Gita. Peran dan hakikat orangtua juga termasuk memahami dan menghargai karakter dan bakat anaknya, dengan tidak memaksakan dalam hal akademis, atau membandingkannya dengan saudaranya atau anak lain seusianya.
Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, tiap anak memiliki keunikannya tersendiri, untuk itu mereka tidak bisa dibanding-bandingkan satu sama lain. Gita mengatakan, jika ingin membuat anak menjadi lebih baik, minta dia supaya lebih rajin belajar, daripada membandingkannya dengan saudaranya yang lebih berprestasi.
Orangtua yang memahami dan mendukung keunikan karakteristik anaknya, tidak akan mempermasalahkan jika salah satu anaknya sangat pandai dalam hal akademis, sedangkan anak yang lainnya buruk dalam akademis namun lebih unggul dalam hal kesenian. Jika Anda memiliki anak yang memiliki konsep diri negatif (insecure), peran ayah yang maksimal, akan sangat berarti baginya. Sang ayah memiliki perannya tersendiri.
Jika ibu berperan sebagai orang yang merawat dan memenuhi kebutuhan anaknya, maka peran ayah adalah sebagai motivator dan pelindung. Untuk itu, penting bagi anak untuk mempunyai rasa aman, yang ia dapatkan dari ayahnya. Kedua, manajemen stres orangtua. Tujuannya, supaya anak tidak menjadi pelampiasan kekesalan (stres) orangtuanya.
“Intinya, orangtua harus bisa menurunkan ego demi kebahagiaan anaknya,” imbuh Gita. Dan terakhir, orangtua harus memiliki pola asuh demokratis. Artinya, orangtua bisa menjadi teman bagi anaknya, sekaligus mempunyai otoritas. Sehingga anak merasa nyaman untuk bercerita atau sharing, sekaligus tetap patuh dan menuruti orangtuanya (Mutiara Manggia- 11)

Sumber : Suara Merdeka


Tuesday, 15 September 2015

MSG Berisiko Menyebabkan Kegemukan



Siapa yang tidak mengenal Monosodium Glutamate atau yang sering kita kenal dengan MSG dalam bahasa sehari-hari ?. Tentu sebagian besar sudah pernah mendengar bahkan sering mengkonsumsi penambah rasa yang satu ini. Monosodium Glutamate (MSG) pertama kali diisolasi sebagai asam glutamat pada tahun 1866 oleh ahli kimia Jerman yang bernama Ritthausen dengan hidrolisis asam dari gliadin, sebuah komponen dari gluten gandum.

Menurut Vernon (2004) yang dikutip dari Journal of Chemical Education menyebutkan bahwa komponen utama MSG adalah 78% glutamat, yang merupakan salah satu asam amino pembentuk protein tubuh dan makanan. Unsurunsur MSG lainnya juga tidak asing bagi tubuh dan makanan sehari-hari, yaitu 12% natrium/sodium dan 10% air.

Monosodium Glutamate (MSG) memiliki cita rasa yang khas disebut ìumamiî, suatu elemen rasa yang dijumpai pada makanan alamiah seperti kaldu. Sebagai penambah rasa (flavor enhancer), bahan ini sudah diproduksi secara komersial sejak tahun 1909. Oleh karena itu, penggunaan MSG sampai saat ini tidak hanya dijumpai pada proses pengolahan makanan dengan skala besar saja, pada tingkat rumah tangga sudah sering dijumpai penggunaannya untuk sehari-hari. Namun, ada juga masyarakat yang meyakini tidak aman atau berbahaya untuk dikonsumsi. Lantas, Apakah MSG aman untuk dikonsumsi ?.

Tahun 1959, Food and Drug Administration (FDA) atau Badan Pengawas Obat dan Makanan di Amerika mengelompokkan MSG sebagai ìgenerally recognized as safeî (GRAS), sehingga aman untuk dikonsumsi. Di Indonesia, konsumsi aman diatur dalam PerKBPOM No.23 Tahun 2013 tentang Batas Maksimum Penggunaan Bahan Tambahan Pangan Penguat Rasa. Dalam PerKBPOM No.23 Tahun 2013 tidak terdapat batas aman yang spesifik untuk konsumsi MSG. Namun, FDA menetapkan batas aman adalah 120 mg/kg berat badan/hari.

Sebuah survei yang dilakukan oleh FDA melaporkan bahwa di Amerika Serikat konsumsi perkapita rata-rata mencapai 550 mg/hari, sedangkan di Inggris ditemukan pada masyarakat rata-rata mencapai 580 mg/hari. Di Wilayah Asia khususnya Jepang dan Korea diperkirakan rata-rata mencapai 1,2-1,7 g/hari. Rata-rata konsumsi MSG untuk beberapa Negara di atas tentunya sudah melebihi batas aman FDA. Sehingga muncul suatu pertanyaan, apa dampak yang melebihi batas aman bagi tubuh ?. Bagaimana mekanisme ini bisa terjadi ?.

Konsumsi yang berlebih salah satunya berisiko meningkatkan potensi kegemukan, hal ini dilansir dalam sebuah jurnal Internasional yaitu ’’American Journal of Clinical Nutrition’’ (AJCN). Penelitian ilmiah mengenai hubungan bahan tersebut dengan kejadian kegemukan sudah banyak dilakukan, baik melalui hewan coba maupun manusia. Penelitian yang dilakukan oleh Sanabria et al pada tahun 2002 mengenai pemberian MSG 4 mg/hari terhadap tikus hamil hari ke 17-21 menunjukkan bahwa anak-anak tikus lebih gemuk bahkan cenderung obesitas. Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Ka He et al pada tahun 2011 juga menunjukkan bahwa  konsumsi berhubungan dengan kejadian kegemukan pada orang dewasa di China. Penelitian ini dilakukan secara prospektif dan memakan waktu yang sangat lama yaitu mulai dari tahun 1991 sampai 2006.

Keseimbangan
MSG berpengaruh terhadap keseimbangan energi melalui gangguan aktivitas hormon leptin pada kelenjar hipotalamus yang terdapat pada otak. Leptin mempunyai peranan yang penting dalam hal pengaturan berat badan seseorang. Caranya dengan mengendalikan rasa lapar dan pemakaian energi.

Pada dasarnya, leptin adalah penghubung antara sistem syaraf pusat dan sel lemak dalam tubuh. Setelah ditangkap oleh penerima leptin, otak segera menyampaikan sinyal yang menurunkan rasa lapar dan menaikkan pemakaian energi. Jika aktivitas Leptin terganggu maka akan mengakibatkan nafsu makan terus-menerus tinggi dan penggunaan energi cenderung rendah. Aktivitas fisik yang kurang dan asupan tinggi kalori mempengaruhi sindrom metabolik dalam tubuh dengan menurunkan tingkat asam lemak bebas dan oksidasi glukosa dalam otot skeletal dan otot jantung, yang berpotensi menimbulkan penumpukan lemak tubuh dan resistensi terhadap kerja biologis insulin.

Dalam bahasa sederhana, MSG dapat mengganggu kerja hormon leptin di hipotalamus otak, dimana jika  terganggu maka nafsu makan akan terus meningkat sehingga seseorang akan merasa lapar terus-menerus dan menyebabkan konsumsi makanan akan berlebih. Namun, peningkatan konsumsi makanan tidak diimbangi dengan aktivitas fisik yang cukup sehingga penggunaan energi cenderung rendah. Jika konsumsi makanan berlebih namun aktivitas fisik kurang maka sindrom metabolik tubuh akan terganggu akibatnya terjadi penumpukan lemak dalam tubuh sehingga hal ini yang menyebabkan timbulnya risiko kegemukan bahkan jika berlangsung secara berulang akan timbul obesitas.

Gizi Ganda
Kegemukan (overweight) merupakan salah satu model transisi masalah gizi di Indonesia, fenomena ini sering disebut masalah gizi ganda. Sebelumnya, hanya gizi buruk saja yang ditandai dengan marasmus dan kwashiorkor, namun sekarang ini timbul masalah gizi lebih yang ditandai dengan kegemukan dan obesitas. Menurut data Riskesdas 2010, prevalensi obesitas di Indonesia meningkat dari 12,2% pada tahun 2007 menjadi 14,2 % pada tahun 2010.

Kegemukan atau obesitas adalah suatu kondisi medis berupa kelebihan lemak tubuh yang terakumulasi  sedemikian rupa sehingga menimbulkan dampak merugikan, yang kemudian menurunkan harapan hidup dan atau meningkatkan masalah kesehatan. Seperti yang telah kita ketahui sebelumnya, kegemukan atau obesitas berisiko menyebabkan berbagai jenis penyakit.

Beberapa yang berakar dari obesitas diantaranya penyakit jantung koroner (PJK) dan Diabetes Mellitus Tipe II yang diakibatkan oleh resistensi insulin. Pada prinsipnya, timbunan lemak akan memicu terbentuknya aterosklerosis, penebalan pembuluh darah akibat akumulasi senyawa lemak seperti kolesterol dan trigliserida, khususnya pada arteri koronaria, arteri yang bertugas membawa darah segar ke otot-otot jantung. Pengaruh lemak ini tidak bersifat langsung, tetapi melalui proses berantai yang kompleks. Secara singkat, lemak yang terakumulasi pada pembuluh darah akan menimbulkan peradangan, yang pada akhirnya membentuk tonjolan plak yang mempersempit diameter dalam pembuluh darah. Pada sindrom koroner akut, biasanya telah terjadi pecahnya plak tersebut yang nantinya dapat menyumbat pada arteri koroner.

Gejala penyakit jantung koroner yang disebut dengan sindrom koroner akut (ìserangan jantungî) timbul ketika terjadi peningkatan kebutuhan oksigen jantung tanpa disertai pasokan yang memadai, atau penurunan suplai oksigen pada jantung.

Peningkatan kebutuhan oksigen ini terjadi pada saat jantung melakukan kerja berat misalnya pada saat  berolahraga berat.Sedangkan penurunan suplai oksigen disebabkan karena adanya pengerutan atau penyumbatan arteri koroner. Apabila kebutuhan oksigen jantung tidak terpenuhi dalam jangka waktu tertentu, maka otot jantung akan mengalami kekurangan oksigen dalam darah (iskemia), yang lama kelamaan akan diikuti dengan matinya sel otot jantung (nekrosis). Kondisi iskemia dan nekrosis inilah yang menimbulkan rasa nyeri yang hebat dan henti jantung pada penderita penyakit jantung koroner.

Fakta lain menunjukkan bahwa obesitas memicu peradangan mikro dalam tubuh yang terjadi secara menyeluruh dan terus menerus. Mekanisme peradangan tersebut dapat berkaitan erat dengan terjadinya respon stress yang berujung pada resistensi fungsi insulin.

Dari sini, kita dapat mengambil faedah yaitu, obesitas, adalah salah satu faktor risiko utama diabetes dan memang faktanya 80% pada pasien diabetes mellitus tipe II, mengalami obesitas. Kegiatan olahraga dan pengurangan berat badan, terbukti secara ilmiah dapat meningkatkan sensitivitas dari insulin dan memperbaiki kontrol gula darah pada pasien diabetes.

Gambaran fenomena ini tentunya menjadi renungan terhadap asupan makanan yang selama ini diterapkan mulai dari tingkat rumah tangga hingga level produksi makanan besar. Salah satu cara mengatur pola makan yang baik adalah dengan memilih makanan yang sehat dan bergizi. Makanan yang dikonsumsi sebaiknya rendah lemak dan tinggi serat. Bahan tambahan pangan boleh digunakan namun tentunya tidak melebihi batas aman yang ditentukan. Seperti halnya MSG. Monosodium glutamate (MSG) aman, namun sebaiknya konsumsi tidak melebihi batas aman karena salah satunya akan berisiko menyebabkan kegemukan.(11)

Naintina Lisnawati,
Mahasiswi Magister Ilmu Gizi
Universitas Diponegoro, Semarang

sumber : Suara Merdeka




Friday, 11 September 2015

Teknik Canggih Atasi Kanker


Selama puluhan tahun, kanker merupakan ancaman kesehatan paling serius. Namun, kabar baiknya, penanganannya telah berkembang pesat dalam beberapa tahun terakhir. Pengobatan baru ini menjamin adanya hasil yang lebih baik, tingkat keselamatan yang lebih tinggi, efek samping lebih kecil dan tingkat kualitas hidup penderita menjadi lebih baik.

Mendapat diagnosa mengidap kanker membuat ketakutan banyak orang. Beberapa tahun lalu, pilihan pengobatan sangatlah terbatas dan tujuan utamanya hanya menghilangkan penyakit  dengan segala cara dan akhirnya berujung pada efek samping yang dialami oleh banyak pasien.

Kini keseluruhan proses pengobatan telah berubah. Tindakan diawali dengan proses perencanaan yang meliputi IprimaryP dan IsecondaryP, serta bisa juga perawatan paliatif.Primary treatment bertujuan melenyapkan sel kanker, dan secondary  treatment untuk menghancurkan sel kanker yang tersisa serta mencegah sel tersebut kembali muncul atau menyebar ke organ-organ tubuh di sekitarnya.

Spesialis kanker punya tiga cara mengatasi penyakit tersebut, yaitu operasi, terapi radiasi, dan kemoterapi. Masing-masing pengobatan ini digunakan sebagai primaryP atau I secondary treatmentP. Namun ada banyak cara yang menggabungkan kedua treatment plan ini.

BDua JenisI
Ada dua jenis kanker, yaitu malignansi hematologi dan tumor solid. Malignansi hematologi meliputi kanker darah, kanker sumsum tulang dan kanker kelenjar getah bening; Leukemia dan limfoma adalah dua kanker utama dari jenis malignansi hematologi. Kanker hematologi menyerang seluruh tubuh; sedangkan tumor solid hanya menyerang dan menempel di organ tubuh tertentu.

Operasi bukanlah pilihan penanganan malignansi hematologi karena sel kanker berada di seluruh tubuh. Tindakan yang umum dilakukan adalah kombinasi kemoterapi dengan terapi radiasi. Untuk penanganan tumor solid seperti kanker payudara atau kanker serviks, dokt er biasanya menyarankan operasi sebagai Iprimary treatmentP, dan diikuti dengan terapi radiasi atau kemoterapi. Tumor yang berukuran terlalu besar tidak dapat langsung dihilangkan dengan aman melalui operasi.

Oleh karena itu, teknologi terkini biasanya mengatasi masalah ini dengan menyusutkan ukuran tumor secukupnya sehingga tumor tersebut dapat dihilangkan dengan operasi sebagai secondary treatment.

Menggabungkan dua atau lebih metode pengobatan terbukti efektif mengalahkan sel kanker.

Terapi radiasi
Banyak penderita menjalani terapi radiasi sebagai bagian dari proses pengobatan. Radiasi ion berkecepatan tinggi mampu menyerang dan menghancurkan sebagian besar sel kanker serta
meminimalkan kerusakan sel yang sehat. Terapi radiasi untuk beberapa pasien dilakukan dari luar tubuh, sedangkan ada pasien yang dipasang implan radioaktif di sebelah tumornya. Operasi dan radiasi termasuk pengobatan lokal karena dilakukan di area tertentu- (misalnya payudara, prostat, paru-paru, dll) dan biasanya langsung mengarah ke tumor. Kemoterapi berbeda dengan pembedahan
atau radiasi dan hampir selalu digunakan untuk pengobatan sistemik. Kemoterapi adalah enanganan
dengan obat-obatan untuk menghancurkan sel kanker yang berkembang dengan cepat.

Pemahaman baru mengenai kanker serta kemajuan teknologi dan teknik kedokteran telah berdampak besar dalam deteksi dan pengobatan kanker. Dokter mampu mendeteksi kanker lebih awal sehingga tingkat keberhasilan pengobatan menjadi lebih tinggi dengan lebih sedikit trauma.

Less-Invasive surgery
Kemajuan teknologi mengarah kepada proses penanganan yang lebih baik dan beberapa pilihan pengobatan untuk jenis kanker yang berbeda. Bagi pasien yang pernah menjalani operasi kanker usus besar, paru-paru atau prostat, alternatifnya adalah bedah laparoskopik. Ahli bedah menggunakan alat teleskopik berteknologi tinggi yang dimasukkan lewat sayatan kecil pada kulit. Pembedahan ini telah mengubah hidup banyak penderita kanker.

Penderita kanker payudara kini dapat menghindari mastektomi sebagai prosedur standar dan penderita kanker rektal bisa memperoleh fungsi usus yang normal. Bedah ini hanya menghilangkan jaringan yang rusak di rektum; sehingga saluran anus tetap utuh. Bagi penderita kanker rektal, tersedia penanganan yang lebih canggih yaitu dengan kolostomi permanen (pembuatan lubang pada saluran cerna untuk membuang kotoran).

Selain pengobatan di atas, terdapat perkembangan pengobatan yang lain yaitu IGRT (Image Guided Radiation Therapy) yang memiliki tingkat akurasi dan presisi yang tinggi dalam menghantarkan radiasi tepat ke sel kanker. Penanganan ini sangat bermanfaat karena tumor dapat berpindah selama pengobatan. Ada juga teknologi IMRT (Intensity Modulated Radiation Therapy) yang dikontrol dari computer untuk menghantarkan dosis radiasi yang tepat.
Banyak kombinasi formula baru telah diperkenalkan. Efek samping lebih mudah untuk ditangani dan dalam banyak kasus, efek samping itu dapat dihilangkan.


Targeted Therapy Revolution
Kemoterapi adalah pilihan pengobatan berbagai jenis kanker. Namun berdasarkan pengalaman pasien serta beberapa efek samping, pasien terkadang menghentikan kemoterapi ini. Kini ada cara untuk menangani segala jenis kanker yaitu ITargeted TherapyP.

Terapi ini merupakan pengobatan untuk menghentikan pertumbuhan sel kanker. Terapi ini telah diterapkan pada beberapa stadium kanker, termasuk kanker payudara, kanker kolorektal yang sudah menyebar ke hati, untuk kanker paru-paru sudah kebal dengan kemoterapi dan untuk kanker stadium lanjut pada kepala dan leher.

Targeted therapy dipertimbangkan untuk kasus tertentu sebagai alternatif untuk menghilangkan jaringan kanker misalnya pada laring, sinus atau rongga hidung.

Ada berbagai jenis terapi ini mempunyai karakter yang khas dan bekerja untuk menarget dan menghancurkan sel kanker dengan tetap menjaga sel sehat dari kerusakan. Ada tiga pendekatan, pertama, menarget pembuluh darah yang mengandung tumor. Kedua, menghambat sinyal reseptor yang memicu pertumbuhan kanker. Ketiga, membentuk sel antibodi sebagai sistem kekebalan tubuh pasien agar bisa mengalahkan sel kanker.

Terapi ini biasanya digunakan sebagai penanganan sekunder yang dapat menaikkan tingkat ketahanan pasien dari penanganan primer seperti bedah, terapi radiasi dan kemoterapi. Bisa dilakukan sebelum atau sesudah penanganan awal, tergantung rekomendasi dokter pada kondisi pasien.

Karena terapi ini berfokus pada target gen tertentu, tidak setiap pasien merupakan kandidat yang tepat untuk jenis terapi ini. Pasien akan diberikan test genetik tertentu untuk mengetahui apakah dia cocok dengan terapi tersebut.

Dr Narongsak Kiatikajornthada,
AJ Healthcare Consulting Semarang

Sumber  : Suara Merdeka




Nyeri Muskuloskeletal akibat Kerja Fisik


Berbagai bentuk rasa tak nyaman pada otot tubuh tatkala harus bekerja ekstra seharian membersihkan lantai dan dinding rumah setelah banjir susut. Bentuk rasa nyaman yang bersumber dari gangguan pada sistem muskuloskeletal dapat berupa kelelahan, mialgia, kram otot, bahkan terkilir.

Sepanjang masih dalam toleransi fisiologis tubuh, umumnya gangguan sistem muskuloskeletal akibat melakukan pekerjaan do mestik, dapat pulih sendiri (self-limiting). Na mun, sebagian menyelesaikan persoalan gang guan kesehatan tubuh ini dengan terapi nonfarmakologis, seperti pijat refleksi, masase, diatermi, atau mandi air hangat hingga relaksasi. Sementara sebagian kecil menanganinya dengan mengonsumsi suplemen energi, vitamin, dan obat pereda nyeri. Obat pereda nyeri yang diapaki dapat berupa analgesik parasetamol, dipiron, non-steroidal antiinflamatory drugs (NSAID), hingga tramadol.

Kira-kira 40 persen massa tubuh manusia tersusun dari otot rangka yang utama memben tuk sistem muskuloskeletal. Kerja fisik yang memerlukan kerja otot tidak bisa dilepaskan dari dinamika keseharian manusia. Selain aktivitas rutin kerja di kantor, sebagian waktu keseharian dihabiskan untuk menyelesaikan pekerjaan domestik di lingkungan rumah tangga.

Sementara tingkat aktivitas kerja domestik meningkat drastis pada acara terkait peristiwa kehidupan (kelahiran, pernikahan, dan kematian), namun tatkala banjir melanda pada suatu kawasan, aktivitas membersihkan lantai, teras dan pelataran rumah dari endapan lumpur dan tumpukan sampah bisa menyita tenaga fisik dalam kurun beberapa hari.

Tingkat kerja fisik yang melebihi rata-rata keseharian berdampak pada penurunan kualitas kesehatan otot rang ka. Pada saat melakukan aktivitas kerja fisik hanya rasa lelah yang menghinggapi. Pada kondisi tubuh normal, dengan istirahat sedikitnya 30 menit, rasa lelah ini sudah dapat pulih sempur na. Namun, satu atau dua hari kemudian timbul rasa pegal (mialgia) yang menjadi hambatan tersendiri untuk melakukan aktivitas fisik selanjutnya.


Mialgia merupakan istilah medis untuk menyatakan nyeri pada otot dan sekumpulan otot rangka (otot skelet). Meskipun merupa kan kondisi umum setelah tubuh beraktivitas atau latihan fisik lebih dari biasanya, melanda sekitar 3 persen populasi saat pascabanjir. Regional tubuh yang sering terserang adalah leher, pinggang, gelang bahu, otot din ding dada, paha, dan betis.Posisi tubuh yang salah, juga dapat menjadi penyebab mialgia.

Mialgia pada bahu termasuk tinggi prevalensinya, nyeri pada bahu terjadi karena efek faktor mekanis dari kerja fisik yang berlebihan (overuse), gerak rotasi tubuh yang berlebihan, bekerja dengan tubuh membungkuk ke depan, dan bekerja dengan letak tangan lebih tinggi dari posisi letak bahu (Miranda et al 2001). Juga mendorong atau menarik barang yang berbobot berat. Prevalensi nyeri bahu meningkat seiring dengan bertambahnya umur.

Lumbago Nyeri pinggang bawah (low back pain, nyeri boyok) merupakan sindrom nyeri regional muskuloskeletal yang paling umum. Diperkirakan 49 persen wanita dan 37 persen pria  usia 45-59 tahun pernah terkena nyeri pinggang bawah. Puncak prevalensi nyeri pinggang bawah pada usia sekitar 60 tahun. Satu dari 20 orang dewasa mengkonsultasikan nyeri pinggang bawah pada pusat layanan primer (Croft et al 1998).

Mengangkat beban berat, mengusung atau membawa beban pada bahu atau di atas bahu, menarik barang berbobot berat, berlutut dan jongkok, semuanya diprediksi dapat pemicu nyeri pinggang bawah (Harknesset al 2003). Posisi tubuh saat bekerja juga berkontribusi sebagai faktor risiko bagi nyeri pinggang bawah.

Laju metabolisme tubuh amat meningkat selama kerja fisik yang berat. Sebagai pembanding, metabolisme tubuh selama lari maraton meningkat hingga 20 kali di atas normal. Meskipun begitu, ada batas tertinggi bagi sebagian besar mekanisme fisiologis tubuh untuk toleransi atau bertahan terhadap stres kerja fisik yang berlebihan. Rasa lelah merupakan pertanda awal bahwa ambang toleransi tubuh telah terlampaui.

Hambatan aliran darah yang menuju ke otot yang sedang berkontraksi mengakibatkan kelelahan otot karena kehilangan suplai makanan dan oksigen. Sering dengan bertambahnya usia seseorang, aterosklerosis yang semakin berkontribusi dominan dalam menimbulkan hambatan aliran darah ke otot rangka. Semakin bertambah usia dan semakin parah tingkat hambatan aliran darah, semakin mudah otot tubuh mengalami kelelahan dan mialgia.

Pada individu normal, istirahat diperlukan setelah bekerja fisik berlangsung 4-5 jam saat tiba cadangan glikogen otot mulai habis, maka ke butuhan istirahat lebih awal tiba nya. Pada sisi lain, diperlukan waktu 48 jam untuk meraih kesembuhan dari mialgia akibat aktivitas fisik yang berkategori kerja berat. Namun, istirahat, gerak jasmani ringan, dan nutrisi yang tinggi karbohidrat, penting untuk mem percepat pemulihan rasa pegal pada otot rangka.

Tidak selalu mialgia memerlukan medikasi dengan obat-obatan. Pasalnya, nyeri bagian tubuh akibat kerja berlebihan umumnya beresponsefektif dengan kompres hangat, masase, dan istirahat atau mengurangi kegi atan fisik selama mialgia. Lagipula, olah jasmani berjalan kaki, bersepeda, dan berenang dapat membantu penyembuhan. Bila nyeri muskuloskleletal bertahan lebih dari 3 hari atau bahkan bertambah parah, pertolongan medis direkomendasikan.

Lumbago merupakan istilah yang semakin kurang popular dibanding nyeri pinggang bawah. Lumbago adalah nyeri pinggang bawah ringan hingga parah yang timbul mendadak. Berlokasi jelas pada daerah lumbosakral. Pada kasus lumbago, daerah pinggang terasa nyeri bila ditekan, lantaran otot-otot paraspinal di daerah itu mengalami spas mus (kram). Masyarakat awam mengaitkan lumbago karena
masuk angin atau lantaran bajunya basah karena bekerja dengan air untuk membersihkan endapan lumpur.

Secara medis disebabkan kelainan pada susunan tulang belakang atau kelemahan jaringan otot yang mengelilingi tulang be la kang. Nyeri pada lumbago bertambah parah bila pasien bergerak atau bila tubuhnya ter gerak karena batuk atau bersin. Sangat menyerupai hernia nucleus pulposusakut (HNP
akut). Bedanya, pada HNP terdapat nyeri radikuler, sedangkan lumbago tidak. Terapi lumbago adalah istirahat total, pembe rian obat analgetik, pemberian panas dengan si nar lampu merah atu diatermi, hingga pe nyuntikan prokain pada tempat yang nyeri.


– F Suryadjaja, dokter pada
Dinas Kesehatan Kabupaten

Sumber : Suara Merdeka



Boyolali