Tuesday, 20 October 2015

Darurat Kesehatan Paru-paru akibat Kabut Asap



Kabut asap yang berasal dari kebakaran hutan merupakan polutan berbahaya bagi kesehatan paru-paru, lantaran mengandung PM10, SO2, NOx, dan O3 yang menimbulkan inflamasi dan iritasi pada saluran pernapasan.
Kebakaran hutan tahun 2015 kembali terjadi di sejumlah pulau di Indonesia, terutama Sumatera dan Kalimantan. Akibatnya, 80 persen wilayah Sumatera diselimuti kabut asap dengan perkiraan 22,6 juta penduduk menghirup udara yang tercampur asap yang pekat.
Sementara, di Kalimantan diperkirakan 3 juta penduduk. Kebakaran hutan dapat terjadi karena faktor manusia dan faktor alam. Faktor alam umumnya terjadi pada musim kemarau, saat cuaca sangat panas.
Pada lahan gambut, kebakaran di bawah tanah (ground fire) dapat menyulut kebakaran luas di permukaaan tanah. Hutan yang telah dieksploitasi sehingga terjadi degradasi dan ditumbuhi semak belukar, rentan untuk terbakar. Di Amerika Serikat, hutan yang kering akibat musim kemarau yang panjang akan mudah sekali terbakar jika tersambar petir.
Tetapi, faktor manusia merupakan penyebab krusial untuk kebakaran hutan sehubungan alih fungsi menjadi lahan pertanian atau perkebunan. Statistik bencana kebakaran hutan menunjukkan, di Indonesia 90 persen kebakaran karena faktor manusia. Sedangkan di Amerika Serikat tahun 2006, 83 persen karena faktor manusia dan sisanya 17 persen karena sambaran petir.
Sementara, membuang puntung rokok yang masih menyala di semak belukar yang kerontang di area sekitar hutan merupakan faktor kecerobohan manusia yang berisiko untuk terjadi bencana kebakaran hutan.
Tetapi dari aspek kesehatan tubuh manusia, skala luas berdampak pada sistem pernapasan yang akibat menghirup udara yang mengadung polutan. Asap putih yang pekat mengadung partikel dan senyawa oksida sebagai hasil pembakaran senyawa organik yang terdapat pada daun dan batang pohon.
Pasalnya, pada daun dan kayu pada batang terkandung elemen logam organik yang mudah terbakar antara lain kalium, magnesium, dan natrium. Asap merupakan gangguan atau ancaman bagi tubuh manusia secara fisik. Lantaran mengandung polutan yang berbahaya bagi kesehatan manusia, asap dari kebakaran hutan menurunkan kualitas udara.
Buruknya kualitas udara merupakan potensi mengancam kehudipan, sebab udara merupakan kebutuhan vital bagi manusia sepanjang hayat. Dalam asap kebakaran hutan terkandung polutan yang berbahaya di antaranya partikulat, ozon, sulfur dioksida, dan nitrogen oksida. Partikulat adalah materi debu berdiameter sangat halus yang tersuspensi dalam gas atau asap dari hasil suatu kebakaran. Partikulat-10 (PM10) artinya materi debu yang berdiameter 10 mikron atau kurang.
Partikulat dapat membatasi jarak pandang mata dan juga mengadakan berbagai reaksi kimia di udara. Pada mukosa saluran pernapasan, partikulat- 10 dapat menimbulkan peradangan, lantaran dapat mengendap pada bronkus hingga dinding alveoli organ paru-paru, bahkan dapat menerobos masuk ke dalam aliran darah, sehingga berbahaya bagi organ jantung.
Kadar PM10 di atas 100 mikrogram per meterkubik udara meningkatkan angka kematian dan hospitalisasi penderita asma. Kadar sulfur oksida (SO2) terkait dengan peningkatan insidensi penyakit dan kematian penyandang asma. Sebab mukosa saluran napas penderita asma sangat peka terhadap kadar SO2 yang rendah.
Paparan SO2 dalam hitungan menit, dapat memicu penyempitan saluran napas (bronkokonstriksi) pada penderita asma terutama saat melakukan aktivitas olahraga. Meskipun begitu, bronkokonstriksi ini dipengaruhi pula oleh faktor suhu, kelembaban udara, dan jenis olahraga.
Bahaya Ozon Polutan
Ozon merupakan gas yang reaktif. Terbentuk oleh 3 atom oksigen (O3). Ozon ditemukan pada permukaan dan atmosfer bumi. Tetapi, ozon (O3) pada pemukaan bumi dan atmosfer memiliki efek yang berbeda terhadap tubuh manusia.
Ozon pada atmosfer terdapat pada lapisan stratosfer pada ketinggian 16-48 kilometer dari permukaan bumi, yang berfungsi positif sebagai protektor sinar ultraviolet bagi organ kulit tubuh manusia. Sementara ozon pada permukaan bumi merupakan polutan berbahaya bagi organ paru-paru.
Ozon polutan ini terbentuk dari reaksi sinar matahari dengan hasil pembakaran tanaman, khususnya senyawa nitrogen oksida (NOx). Juga hasil pembakaran mesin mobil dan industri. Jenis ozon ini merupakan komponen utama dari asap (smog), dan cenderung berkadar lebih tinggi pada musim kemarau.
Ozon permukaan atau ozon polutan ini, dapat memperburuk kondisi kesehatan paru-paru, baik pada individu sehat maupun penyandang asma. Pasalnya, kehadiran ozon ini dapat menyebabkan inflamasi dan iritasi pada saluran pernapasan sehingga menyebabkan sulit bernapas. Bahkan pada paparan kronis terjadi pembentukan jaringan paru-parut pada lapisan epitel saluran napas.
Beberapa manifestasi gejala akibat terpapar kadar ozon yang tinggi adalah nyeri dada, batuk, mengi, serta iritasi tenggorok dan hidung tersumbat (kongesti). Dapat memperburuk penyakit asma, bronkitis, emfisema, penyakit paru-paru obstruktif kronis (PPOK), dan kematian pada usia lebih muda.
Individu yang peka terhadap ozon polutan adalah anak-anak lantaran diameter saluran napas lebih kecil, orang dewasa yang bekerja atau berolahraga di luar rumah, lanjut usia, individu dengan penyakit paru-paru khususnya asma dan PPOK, dan individu yang sensitif terhadap ozon polutan. Kadar 30 parts per billion (30 ppb, atau 30 mikrogram ozon per kilogram udara) berpotensi menimbulkan serangan kambuh asma pada anak, sehingga terjadi peningkatan hingga 60 persen kunjungan darurat medis di rumah sakit pada musim kemarau dibanding musim dingin di Amerika Serikat.
Merupakan kabar buruk bagi individu dewasa penyandang asma bahwa paparan 70 parts per billion ozon polutan selama 6,6 jam dapat menyebabkan efek negatif terhadap fungsi paru-paru.
Untungnya paparan ozon ini bersifat mudah pulih (reversible) pada individu sehat. Saran dari United States Environmental Protection Agency (EPA) terhadap ozon polutan pada saat kebakaran hutan di musim kemarau, jikalau papan petunjuk indeks standar pencemar udara (ISPU) menunjukkan kadar ozon (O3) pada skala berbahaya, maka batasi kegiatan di luar rumah, apalagi beraktivitas olahraga di saat kabut asap. Tambahan pula, ozon polutan meningkat kadarnya pada tengah hari atau hingga sekitar pukul 2 siang. Yakinkan AC atau pendingin ruangan berfungsi normal selama musim kemarau.
Jika melakukan perjalanan, dianjurkan lebih memilih menggunakan kendaraan umum, berjalan kaki, atau bersepeda, sehingga dapat mengurangi emisi ozon polutan khususnya pada musim kemarau. Gunakan senyawa kimia secara bijaksana, di antaranya cat dinding yang rendah kadar VOC (volatile organic compound). Sebab VOC dapat berinteraksi dengan udara panas dan sinar matahari menjadi ozon polutan. (11)
––F Suryadjaja, dokter pada Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali.
Sumber : Suara Merdeka 

Gangguan Kesehatan Pada Usia Lanjut


Kesehatan orang tua atau usia lanjut tentu berbeda dengan anak-anak atau orang dewasa. Ada tiga aspek yang mempengaruhi kesehatan para usia lanjut, yaitu dari segi biologis, psikologis , dan sosial yang sering diistilahkan dengan aspek Biopsikososial.
Aspek pertama, biologis, dimana kesehatan fisik atau fungsi organ tubuh banyak menurun kualitasnya dibanding ketika usia muda, apalagi jika ditambah adanya penyakit yang menyerang beberapa organ sekaligus. Kedua psikologis menunjukkan, aspek kejiwaan orang tua sangat mempengaruhi kesehatannya secara keseluruhan. Contohnya depresi dan rasa duka cita yang mendalam. Dan yang ketiga aspek sosial, mencakup ekonomi, dan lingkungan yang mulai berkurang.
Dokter Hadi Martono Spesialis Geriartri Rumah Sakit Telogorejo Semarang menjelaskan, penyakit yang biasa menyerang usia lanjut , dibagi menjadi tiga.
1. Degenaratif
Penyakit yang diderita umumnya sama dengan yang terjadi pada anakanak atau orang dewasa, tetapi yang diderita usia lanjut, jenis dan jumlahnya berbeda. Penyakit degeneratif yang terjadi pada usia lanjut, biasanya dibarengi adanya penurunan fungsi anatomi dari organ-organ penyebab penyakit tersebut. Beberapa penyakit bisa menimpa pada satu orang secara bersamaan, contohnya diabetes mellitus, tekanan darah tinggi, penyakit jantung, dan gagal ginjal menimpa seseorang. Dapat pula terjadi komplikasi dari penyakit sebelumnya. Sedangkan pada anak muda hanya terjangkit penyakit infeksi dan pada satu orang tersebut jarang terjadi komplikasi.
2. Status Fungsional
Status fungsional biasa dikenal oleh perawat, dokter maupun tenaga kesehatan lainnya, munculnya gangguan pada aktivitas hidup sehari-hari. Seseorang tidak bisa lagi melakukan beragam aktivitasnya secara mandiri, seperti makan dan mandi yang disebut dengan kemampuan motorik dasar. Selain itu, seseorang tidak dapat melakukan aktivitas seperti menghitung uang dan telepon yang disebut dengan kemampuan kognitif.
3. Syndrome geriatri
Merupakan kumpulan dari beberapa gejala, contohnya jatuh. Penyebab jatuh bermacam-macam sehingga dokter terkadang kurang mengerti bagaimana mengobatinya karena itu baru gejala, tetapi di bidang kesehatan usia lanjut dokter geriatri akan mencari penyebabnya. Seperti halnya dengan pikun, stroke, dan patah tulang. Patah tulang pun tidak terjadi karena jatuh saja, tetapi ada penyakit lain yang mempengaruhi tulang menjadi mudah patah.
Kesimpulannya penyakit usia lanjut lebih kompleks daripada penyakit pada usia muda dan anak-anak, serta membutuhkan pengetahuan yang cukup dari dokter spesialis penyakit dalam sub geriatri untuk dapat mencari penyebab dan mengobatinya. SMC RS Telogorejo termasuk dalam tiga rumah sakit besar di Semarang yang telah memiliki dokter spesialis penyakit dalam yang mampu menangani pelayanan kesehatan usia lanjut.
Dalam rangka hari lanjut usia internasional yang jatuh pada setiap tanggal 1 Oktober, SMC RS Telogorejo menganjurkan para usia lanjut memahami dan menyebarluaskan upaya pencegahan dan penjagaan kesehatan usia lanjut melalui semboyan BAHAGIA yang berlaku untuk seluruh lanjut usia. Semboyan BAHAGIA ini mengajak para lansia untuk menjalankan tindakan perpanjangan dari kata tersebut
- B, berat badan supaya diusahakan normal / ideal mungkin
- A, aturlah makanan hingga seimbang
- H, hindari faktor-faktor risiko penyakit degeneratif (jantung koroner, gula, dsb.)
- A, agar terus berguna dengan mempunyai kegiatan / hobi yang bermanfaat
- G, gerak badan teratur wajib terus dilakukan
- I, iman dan takwa ditingkatkan, hindari dan tangkal situasi yang menegangkan
- A, awasi kesehatan dengan memeriksakan badan secara periodik.

Sumber : Suara Merdeka

Menyingkirkan Kebiasaan Merokok


Para perokok aktif bukan tidak menyadari bahaya atau efek terhadap kesehatan akibat merokok. Para perokok sadar sepenuhnya akan beragam risiko penyakit yang mengintai, serta efek terhadap lingkungan sekitarnya anak dan istri atau suami, lalu terbersit niat ingin berhenti.
Namun sayangnya, niat hanyalah niat. Karena tidak tahu harus memulai dari mana. Dilema yang sering dialami para perokok aktif adalah, tak tahu harus melakukan apa, untuk mendukung niatnya berhenti. Keinginan sudah ada, namun aksi yang belum nyata. Gita Christiana S.Psi,M.Psi dari SMC Telogorejo Semarang menuturkan, merokok termasuk perilaku, kebiasaan atau kecanduan yang mengakar pada alam bawah sadar.
Dari sisi psikologis manusia, penggunaan nikotin membentuk sebuah kebutuhan; bahwa tubuh kita ‘harus’ terus diasupi nikotin karena hal tersebut merupakan ‘kebutuhan’. Inilah yang membuat orang menjadi candu. Dan biasanya, seiring berjalannya waktu dan ‘asupan’ yang rutin, kadarnya akan terus bertambah.
Meskipun begitu, karena merokok termasuk perilaku, hal ini bisa dihilangkan. Gita membeberkan beberapa hal yang bisa Anda lakukan jika ingin berhenti. Hal pertama yang harus dimiliki seorang perokok jika ingin berhenti adalah niat dari dalam diri sendiri. Bukan karena diperintahkan atau diminta pasangannya, orangtua, atau siapapun. Jika sudah niat ingin berhenti, maka yang harus Anda lakukan adalah berhenti total, bukan dengan cara mengurangi.
“Mengurangi, atau mengganti konsumsi kejenis rokok yang lebih ringan akan percuma karena otak tetap memerintahkan kita untuk mengkonsumsi dengan jumlah yang sama dengan sebelumnya. Jadi, jika memang ingin berhenti, ya, harus langsung berhenti total,” tutur Gita.
Dukungan sosial
Selain niat, dukungan sosial dari lingkungan terdekat juga berperan penting. Mintalah anak, istri atau suami, orangtua atau sahabat, untuk mendukung keinginan Anda berhenti merokok. Tekankan juga pada mereka, bahwa Anda harus berhenti total, bukan mengurangi. Berikutnya, Anda harus memiliki mindset. Maksudnya, Anda harus punya alasan kuat dan jelas mengapa ingin berhenti merokok. Alasan yang kuat akan terus memotivasi, dan tak tergoda untuk terjerumus kembali.
Alasan yang jelas tersebut misalnya tak ingin terkena penyakit jantung, Anda memiliki penyakit asma karena merokok, anak Anda segera lahir dan tak ingin membuatnya sakit karena asap rokok, dan alasan-alasan kuat lainnya. Sedangkan alasan-alasan yang kurang kuat seperti takut dimarahi orangtua atau pasangan, biasanya tidak membuat kita mantap memutuskan untuk berhenti.
Kemudian, Anda harus mengidentifikasi waktu atau momen apa yang biasanya memicu keinginan untuk merokok. Misalnya ketika stress akibat pekerjaan, setiap merasa sedih, atau ketika sedang dilanda emosi-emosi negatif lainnya. Nah, dari serangkaian permasalahan yang menimbulkan keinginan untuk merokok tersebut, cari solusi untuk mengatasinya. Karena merokok hanya bersifat pelampiasan.
Jika Anda merasa tak memiliki solusi sebagai pengganti rokok, misalnya keharusan merokok setiap selesai makan, alihkan terhadap hal lainnya. Misalnya menyantap dessert, permen, mengkonsumsi buah-buahan dengan rasa asam, banyak minum air putih, minum jus, atau mengkonsumsi hal-hal lainnya sebagai pengganti rokok.
Tega memutus lingkaran kenangan dengan rokok, juga perlu Anda lakukan. Untuk di rumah misalnya, buang semua asbak, bersihkan sofa, karpet, tirai dan lainnya yang berbau asap rokok. Karena hanya dengan mencium aromanya, bisa memicu otak terhadap keinginan terhadap rokok. Selanjutnya adalah menentukan target. Anda harus berhenti dalam kurun waktu satu minggu, satu bulan, empat bulan, atau berapapun target yang Anda inginkan. “Menentukan target ini penting karena berkaitan dengan keinginan untuk mengubah perilaku. Tanpa target, sama saja dengan memiliki keinginan tanpa tujuan,”
Berikutnya adalah, sesuai yang disarankan para ahli kesehatan, menjalani hidup sehat; berolahraga dan mengkonsumsi makanan sehat. Tidak perlu langsung giat berolahraga kardio hingga berjam- jam dan melakukannya sesering mungkin. Yang terpenting adalah, meskipun hanya melakukan olahraga ringan seperti jalan kaki, renang atau yoga seminggu sekali, jauh lebih baik jika dilakukan terus secara teratur. Jika kita telah terbiasa menjalani pola hidup sehat, maka secara otomatis tubuh akan menolak halhal yang negatif, seperti rokok.
Terakhir, menghadiahi diri sendiri. Menurut Gita, hal ini juga penting, karena selain memotivasi, kita perlu mendapat penghargaan atas usaha keras dalam memutus rantai konsumsi rokok. Memberi penghargaan ini bisa melalui berbagai hal, yang sesuai dengan keinginan atau hobi. Mulai dari makan di restoran mewah, melakukan perawatan spa, berlibur, hingga membeli bendabenda idaman. Misalnya sepatu, jam tangan, perhiasan, telepon pintar, dan benda-benda idaman lainnya. Karena jika dikalkulasi, uang yang biasanya Anda habiskan untuk membeli rokok, jika diakumulasi dalam satu bulan saja, sudah bisa untuk membeli barang-barang idaman, yang tak mungkin Anda beli ketika masih menjadi perokok aktif. (Mutiara Manggia- 11)
Sumber : Suara Merdeka

Waspada Stroke di Usia Muda


HATI – hati, usia di bawah 45 th juga rentan terserang stroke. Kehidupan anak muda di zaman ini cenderung kurang peduli dengan kondisi kesehatannya. Gaya hidup tidak sehat seperti mengkonsumsi makanan dengan kadar kolesterol tinggi (junkfood), merokok, dan kurang olahraga. Pola hidup yang kurang baik pada usia muda dapat meningkatkan risiko stroke dini. Walaupun kita merasa masih muda namun tetap harus waspada dengan gejala penyakit yang dapat menyerang tubuh kita, misalnya penyakit stroke yang dapat menyerang siapa saja tanpa pandang usia. Apa itu stroke? Menurut WHO tahun 1976, seperti yang disampaikan dr Maria Belladonna Rahmawati S, Sp.S, MSi.Med, dokter spesialis saraf RS Telogorejo, penyakit stroke merupakan gangguan aliran darah otak yang berlangsung secara mendadak atau tibatiba, sampai dengan lebih dari 24 jam dan bisa terjadi secara fokal (area tertentu) atau global (seluruh) yang dapat menimbulkan kecacatan bahkan hingga kematian. Definisi terbaru tahun 2013 menurut American Stroke Association, penyakit stroke merupakan penyakit yang tidak hanya mengenai bagian otak saja namun dapat mengenai medula spinalis atau saraf tulang belakang dan sel retina mata yang terbukti dari pemeriksaan neuro imaging, neuropatologis dan atau bukti klinis adanya cedera atau kerusakan. Jenis 1. Iskemik / Sumbatan Menumpuknya plak (timbunan kolesterol) dalam pembuluh darah.
Pertumbuhan plak ini membuat dinding dalam arteri menjadi tebal sehingga diameter lubang pembuluh darah menyempit dan menghalangi aliran darah. Darah akan tertahan dan menggumpal sehingga pasokan oksigen ke otak menjadi lambat. Bila gejala yang timbul karena terganggunya pasokan darah itu berlangsung singkat lalu pulih kembali disebut Transcient Ischemic Attack (TIA) atau gangguan peredaran darah sesaat di otak. Sewaktu serangan terjadi, tubuh akan melepaskan enzim yang akan melarutkan gumpalan tersebut dengan cepat dan memperbaiki aliran darah. 2. Hemorrhagic / Perdarahan Jenis stroke ini bisa terjadi bila salah satu pembuluh darah di otak bocor atau pecah. Darah yang keluar dari pembuluh yang bocor akan mengenai sel-sel otak dan jaringan otak sehingga menimbulkan kerusakan. Meskipun serangan ini jarang terjadi dibandingkan dengan stroke iskemik, tetapi stroke ini lebih sering mematikan. Biasanya sekitar 50 persen penderitanya meninggal dunia. Pada umumnya stroke ini disebabkan oleh tekanan darah tinggi (hipertensi), namun bisa juga disebabkan oleh pembengkakan pembuluh darah atau aneurisma, yang terbentuk akibat faktor usia dan keturunan. Stroke yang menyerang anak muda biasanya tipe hemoragik. Siapa yang bisa terkena stroke? Penyakit stroke pada zaman dahulu menyerang pada usia 50 tahun ke atas, tetapi akhir-akhir ini kecenderungan penyakit stroke dapat terjadi pada usia di bawah 45 tahun, bahkan anak-anak dapat juga terserang penyakit ini. Penyebab pada anakanak ini karena, adanya anomali pembuluh darah (kelainan bawaan) atau AVM (arteri venous malformation), pasca infeksi, trauma (benturan akibat kecelakaan atau jatuh), penyakit jantung, anemia sel sabit dan dehidrasi. Lalu pada usia muda di bawah usia 45 tahun, terjadi karena ada beberapa faktor, seperti kelainan pembuluh darah otak, jantung, perokok berat, sering migraine, kehamilan (ibu hamil), obesitas, dan kelainan hematologi yang meliputi defisiensi protein C dan S, anti thrombin III dan anti phospholipid syndrome. Faktor Hal yang meningkatkan risiko terjadinya disebut sebagai faktor risiko stroke. Dengan menyadari bahwa Anda memiliki risiko dapat mendorong mengubah gaya hidup guna mengurangi risiko tersebut. Faktor risiko stroke yang dapat dimodifikasi harus dikendalikan dengan baik dan tentu saja harus dikonsultasikan dengan dokter terlebih dahulu, seperti hipertensi, diabetes, rokok, dislipidemia (kolesterol dan trigliserid tinggi atau lemak darah), asam urat, gangguan pembekuan darah / gangguan hematologi dan OSA(Obstructive Sleep Apneu) yang merupakan kondisi mendengkur di mana ada periode nafas berhenti sementara (apneu). Apa tanda-tanda stroke? Kita dapat mengenali tanda-tanda stroke dengan singkatan FASTyaitu Face (wajah merot), Arm (lengan lemah), Speech (bicara pelo), Time (waktu / tiba-tiba saja terjadi gangguan). Gejalagejala yang ditimbulkan oleh penyakit Stroke, yaitu melemahnya anggota gerak di satu sisi, bicaranya pelo, mulut merot, mengalami kebas atau baĆ­al separuh tubuh, kesemutan separuh tubuh, gangguan keseimbangan dan tiba-tiba tidak nyambung saat diajak berbicara. Untuk info lebih lanjut silahkan menghubungi Call Center 24 Jam SMC RS Telogorejo di nomer telp. (024) 8646 6000. (Benedicta Renviananda Lorano-11)
Sumber : Suara Merdeka

Sayangi Indera Pendengaran



TERBIASA mendengarkan musik melalui telepon pintar ataupun iPod ketika berkendara, sambil bekerja, atau menjelang tidur, seringkali dianggap tidak ada masalah sama sekali. Ini hanya merupakan kebiasaan, bukan sesuatu yang membahayakan. Namun, hal tersebut merupakan salah satu dari kebiasaan yang membahayakan organ pendengaran kita. Banyak kebiasaan yang dianggap biasa saja, namun sebenarnya berpengaruh buruk terhadap kesehatan pendengaran kita. Sebelum lebih jauh membahasnya, ada empat jenis gangguan pendengaran berdasarkan penyebabnya. Dr Dwi Antono, SpTHTKL( K) dari RSUPdr Kariadi Semarang menjelaskan, empat jenis gangguan tersebut adalah tuli kongenital atau bawaan sejak lahir, tuli karena usia atau presbikusis, tuli karena infeksi (misalnya karena radang tonsil, adanya lendir atau kotoran pada liang telinga), serta tuli karena polusi suara (noise induced). Noise induced tak hanya berasal dari tempat- tempat seperti pabrik, atau industri rumahan yang memproduksi barang-barang dari besi, baja atau logam (misalnya knalpot). 

Tapi juga jalanan atau lalu lintas kendaraan bermotor, klub atau tempat-tempat yang memutar musik dengan keras, konser musik, tempat permainan daring (game online), area bermain anak-anak yang biasanya terdapat pada pusat-pusat perbelanjaan, serta kebiasaan mendengarkan musik melalui gawai (telepon pintar ataupun iPod). Perkembangan industri dan teknologi membuat lingkungan kita menjadi tempat yang lebih bising untuk ditinggali. Polusi suara menjadi hal sehari-hari yang mudah kita jumpai. Suara-suara yang terlalu bising, atau dengan desibel tinggi, bisa merusak bagian dalam telinga kita. 

Begitu juga jika kit sering terpapar suara (tak terlalu) bising yang berulang atau terus-menerus berbunyi atau menderu. Jika hanya satu kali terpapar suara keras, tentu tidak akan menyebabkan gangguan pendengaran berat atau ketulian. Namun jika kita sering terpapar intensitas suara yang tinggi tersebut secara berulang hingga dalam periode tertentu, bisa menyebabkan trauma pada telinga. Yang mana trauma tersebut bisa menyebabkan berkurangnya kemampuan pendengaran, telinga berdengung (tinnitus), atau pusing (dizziness). “Sel-sel rambut dalam reseptor pendengaran bisa mengalami kerusakan, dan jika sudah rusak, ini menjadi rusak permanen (tidak bisa disembuhkan),” 

Dalam jangka waktu yang panjang, sering berada pada tempat bising dapat menyebabkan gangguan psikis seperti hiperagresif hingga depresi. Berapa desibel yang dianggap normal, dan yang berbahaya bagi telinga kita? Normalnya adalah sekitar 20 – 25 dB. Lebih dari itu, merupakan gangguan suara ringan, sedang, dan berat; yakni sekitar 80 dB keatas. 

Berdasarkan survei yang dilakukan komnas PGPKT(Penanggulangan Gangguan Pendengaran dan Ketulian), rata-rata tinggi desibel ditempat-tempat bermain anak-anak adalah 97 dB, lalu-lintas sekitar 70 dB, dan pabrik yang rata-rata di atas 100 dB. “Batas waktu untuk berada dalam ruangan atau tempat dengan kebisingan sekitar 90 dB hanya 30 menit. Padahal anak-anak yang bermain di arena tersebut biasanya betah hingga satu jam lebih,” 

Solusi bagi kesehatan pendengaran Hal lain yang tak kalah mengejutkan, instrumen atau perangkat elektronik yang biasa digunakan untuk mendengarkan musik, berada pada level rata-rata 80 dB. Semakin tinggi volume, tentu semakin tinggi desibelnya. Dan kebiasaan rata-rata anak muda, tidak hanya mendengarkan musik dengan volume tinggi, tapi juga mendengarkannya selama berjam-jam. Misalnya, mendengarkan lagulagu menjelang tidur, hingga mereka tertidur, dengan posisi earphone yang masih menempel telinga. Nah, kebiasaan tersebutlah yang menyebabkan generasi muda menjadi generasi yang mengalami gangguan pendengaran; tidak bisa merespon suara pelan. Melihat gaya hidup atau kebiasaan anak muda yang seperti ini, membuat komnas PGPKTbersama para ahli (dokter spesialis THT) melakukan sosialisasi ke sekolah-sekolah, serta instansi lainnya, mengenai pentingnya kesehatan pendengaran. Ironisnya, masalah pendengaran belum dianggap sebagai hal yang penting. Terlebih lagi, masih adanya anggapan bahwa orang yang menderita ketulian dianggap memiliki kasta lebih rendah. Orang-orang yang bekerja pada tempattempat berpolusi suara, misalnya pabrik, enggan memakai APD (Alat Pelindung Diri) atau earplug. Jika sudah terlanjur mengalami masalah pendengaran atau tuli, mereka juga enggan memakai alat bantu dengar. Selain karena dipandang sebagai barang mewah, mereka enggan dianggap sebagai seseorang yang tuli. Selain itu, keengganan menggunakan APD bisa menyebabkan banyak orang mengalami presbikusis lebih awal. Jadi, bukan tanpa solusi jika Anda bekerja, atau sering berada di tempat yang memiliki tingkat kebisingan tinggi. (Mutiara Manggia- 11)

Sumber : Suara Merdeka

Kenali Tanda Stres pada Anak


JIKA orang dewasa bisa (mudah) mengalami stres, maka anak-anak juga bisa mengalaminya. Banyak yang memengaruhi stres pasa usia anak. Tentu saja, orangtua memiliki tugas penting untuk mengenali tanda-tandanya.
Banyak hal yang bisa membuat anak-anak mengalami stres. Mulai dari lingkungan sekolah, teman-temannya, orangtua, hingga bagaimana ia menilai dirinya sendiri. Dalam lingkungan sekolah, pernah atau selalu menjadi korban bullying, bisa membuatnya takut dan tidak mau berangkat ke sekolah. Tentu saja, ia menjadi stress karena takut di-bully.
Selain itu, merasa tidak ‘populer’atau tidak dianggap keberadaannya —misalnya tidak diundang ke pesta ulangtahun teman sekelasnya—, merasa tidak pintar dalam akademis, jam belajar yang panjang, dan tuntutan untuk selalu mendapatkan nilai bagus, bisa membuat sang anak stres. Adapun secara personal atau kehidupan di rumah, perasaan insecure seperti merasa gemuk atau tidak cantik, serta orangtua yang selalu sibuk, juga bisa memicu stres pada anak.
Dan ada banyak lagi kemungkinan-kemungkinan yang bisa memicu stress pada mereka. Gita Christiana S Psi M Psi menuturkan, ada empat faktor yang mempengaruhi stres pada anak. Yakni kepribadian, banyak atau tidaknya stressor atau faktor pencetus stres, kematangan mental, dan dukungan sosial. Anak yang introvert lebih mudah
stres daripada mereka yang ekstrovert. “Ini karena anak yang introvert cenderung menutup diri atau memendam kesedihannya jika ada masalah. Berbeda dengan anak yang terbuka terhadap teman dan orangtuanya,” papar Gita.
Yang kedua, semakin banyak stressor, semakin tinggi tingkat stres mereka. Misalnya jika kehidupan di rumahnya tidak harmonis, teman-teman atau guru di sekolahnya pun tidak memperlakukannya dengan baik, serta selalu mendapatkan nilai jelek, otomatis anak lebih mudah stres. Ketiga, semakin matang mental seorang anak, responnya terhadap menghadapi masalah juga semakin matang.
Ibaratnya, anak usia 12 tahun pasti lebih bijak dalam menyikapi masalah dibandingkan anak yang berusia 7 tahun. Dan yang terakhir, dukungan sosial dari lingkungan terdekatnya. Yakni keluarga dan temanteman dekatnya. Banyaknya dukungan dari orang-orang yang ia sayangi ketika ia sedang bersedih, bisa mengurangi ‘beban’yang ia rasakan.
Perubahan perilaku
Orangtua harus bisa membaca tanda-tanda perubahan perilaku pada anaknya, yang secara umum merupakan tanda jika anak mengalami stres. Yang pertama, perubahan emosi.
Tiap anak memiliki reaksi emosional yang berbeda dalam menanggapi stres. Ada yang menjadi pendiam, mudah marah, atau menjadi sensitif seperti mudah menangis. Kedua, aktivitas sehari-harinya menjadi terganggu. Misalnya jadi malas atau tidak mau masuk sekolah, atau pola makan dan tidur jadi berubah. Ada yang karena stres jadi banyak makan, atau tidak mau makan. Ada yang sulit tidur, ada pula yang jadi berlebihan jam tidurnya.
Yang terakhir adalah regresi atau kemunduran perilaku. Misalnya anak yang sudah jauh melewati masa mengompol, tiba-tiba jadi mengompol. Menghisap jempol, mengalami mimpi buruk, atau menggigit kuku, juga termasuk perilaku regresi, yang harus diwaspadai para orangtua.
Peran orangtua
Mengerti hakikat dan perannya sebagai orangtua, merupakan hal penting yang harus dimiliki tiap orangtua, yang tak hanya bisa mengurangi stres pada anak, tapi juga untuk membangun kedekatan emosional, plus memiliki kualitas waktu bersama anak-anaknya.
“Orangtua merupakan psikolog nomor satu bagi anak-anaknya. Dan kedekatan emosional yang baik, membuat orangtua memiliki insting terhadap penyebab stres pada anaknya, sekaligus cara mengatasinya,” ujar Gita. Peran dan hakikat orangtua juga termasuk memahami dan menghargai karakter dan bakat anaknya, dengan tidak memaksakan dalam hal akademis, atau membandingkannya dengan saudaranya atau anak lain seusianya.
Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, tiap anak memiliki keunikannya tersendiri, untuk itu mereka tidak bisa dibanding-bandingkan satu sama lain. Gita mengatakan, jika ingin membuat anak menjadi lebih baik, minta dia supaya lebih rajin belajar, daripada membandingkannya dengan saudaranya yang lebih berprestasi.
Orangtua yang memahami dan mendukung keunikan karakteristik anaknya, tidak akan mempermasalahkan jika salah satu anaknya sangat pandai dalam hal akademis, sedangkan anak yang lainnya buruk dalam akademis namun lebih unggul dalam hal kesenian. Jika Anda memiliki anak yang memiliki konsep diri negatif (insecure), peran ayah yang maksimal, akan sangat berarti baginya. Sang ayah memiliki perannya tersendiri.
Jika ibu berperan sebagai orang yang merawat dan memenuhi kebutuhan anaknya, maka peran ayah adalah sebagai motivator dan pelindung. Untuk itu, penting bagi anak untuk mempunyai rasa aman, yang ia dapatkan dari ayahnya. Kedua, manajemen stres orangtua. Tujuannya, supaya anak tidak menjadi pelampiasan kekesalan (stres) orangtuanya.
“Intinya, orangtua harus bisa menurunkan ego demi kebahagiaan anaknya,” imbuh Gita. Dan terakhir, orangtua harus memiliki pola asuh demokratis. Artinya, orangtua bisa menjadi teman bagi anaknya, sekaligus mempunyai otoritas. Sehingga anak merasa nyaman untuk bercerita atau sharing, sekaligus tetap patuh dan menuruti orangtuanya (Mutiara Manggia- 11)

Sumber : Suara Merdeka