Kabut asap yang berasal dari kebakaran hutan merupakan polutan berbahaya bagi kesehatan paru-paru, lantaran mengandung PM10, SO2, NOx, dan O3 yang menimbulkan inflamasi dan iritasi pada saluran pernapasan.
Kebakaran hutan tahun 2015 kembali terjadi di sejumlah pulau di Indonesia, terutama Sumatera dan Kalimantan. Akibatnya, 80 persen wilayah Sumatera diselimuti kabut asap dengan perkiraan 22,6 juta penduduk menghirup udara yang tercampur asap yang pekat.
Sementara, di Kalimantan diperkirakan 3 juta penduduk. Kebakaran hutan dapat terjadi karena faktor manusia dan faktor alam. Faktor alam umumnya terjadi pada musim kemarau, saat cuaca sangat panas.
Pada lahan gambut, kebakaran di bawah tanah (ground fire) dapat menyulut kebakaran luas di permukaaan tanah. Hutan yang telah dieksploitasi sehingga terjadi degradasi dan ditumbuhi semak belukar, rentan untuk terbakar. Di Amerika Serikat, hutan yang kering akibat musim kemarau yang panjang akan mudah sekali terbakar jika tersambar petir.
Tetapi, faktor manusia merupakan penyebab krusial untuk kebakaran hutan sehubungan alih fungsi menjadi lahan pertanian atau perkebunan. Statistik bencana kebakaran hutan menunjukkan, di Indonesia 90 persen kebakaran karena faktor manusia. Sedangkan di Amerika Serikat tahun 2006, 83 persen karena faktor manusia dan sisanya 17 persen karena sambaran petir.
Sementara, membuang puntung rokok yang masih menyala di semak belukar yang kerontang di area sekitar hutan merupakan faktor kecerobohan manusia yang berisiko untuk terjadi bencana kebakaran hutan.
Tetapi dari aspek kesehatan tubuh manusia, skala luas berdampak pada sistem pernapasan yang akibat menghirup udara yang mengadung polutan. Asap putih yang pekat mengadung partikel dan senyawa oksida sebagai hasil pembakaran senyawa organik yang terdapat pada daun dan batang pohon.
Pasalnya, pada daun dan kayu pada batang terkandung elemen logam organik yang mudah terbakar antara lain kalium, magnesium, dan natrium. Asap merupakan gangguan atau ancaman bagi tubuh manusia secara fisik. Lantaran mengandung polutan yang berbahaya bagi kesehatan manusia, asap dari kebakaran hutan menurunkan kualitas udara.
Buruknya kualitas udara merupakan potensi mengancam kehudipan, sebab udara merupakan kebutuhan vital bagi manusia sepanjang hayat. Dalam asap kebakaran hutan terkandung polutan yang berbahaya di antaranya partikulat, ozon, sulfur dioksida, dan nitrogen oksida. Partikulat adalah materi debu berdiameter sangat halus yang tersuspensi dalam gas atau asap dari hasil suatu kebakaran. Partikulat-10 (PM10) artinya materi debu yang berdiameter 10 mikron atau kurang.
Partikulat dapat membatasi jarak pandang mata dan juga mengadakan berbagai reaksi kimia di udara. Pada mukosa saluran pernapasan, partikulat- 10 dapat menimbulkan peradangan, lantaran dapat mengendap pada bronkus hingga dinding alveoli organ paru-paru, bahkan dapat menerobos masuk ke dalam aliran darah, sehingga berbahaya bagi organ jantung.
Kadar PM10 di atas 100 mikrogram per meterkubik udara meningkatkan angka kematian dan hospitalisasi penderita asma. Kadar sulfur oksida (SO2) terkait dengan peningkatan insidensi penyakit dan kematian penyandang asma. Sebab mukosa saluran napas penderita asma sangat peka terhadap kadar SO2 yang rendah.
Paparan SO2 dalam hitungan menit, dapat memicu penyempitan saluran napas (bronkokonstriksi) pada penderita asma terutama saat melakukan aktivitas olahraga. Meskipun begitu, bronkokonstriksi ini dipengaruhi pula oleh faktor suhu, kelembaban udara, dan jenis olahraga.
Bahaya Ozon Polutan
Ozon merupakan gas yang reaktif. Terbentuk oleh 3 atom oksigen (O3). Ozon ditemukan pada permukaan dan atmosfer bumi. Tetapi, ozon (O3) pada pemukaan bumi dan atmosfer memiliki efek yang berbeda terhadap tubuh manusia.
Ozon pada atmosfer terdapat pada lapisan stratosfer pada ketinggian 16-48 kilometer dari permukaan bumi, yang berfungsi positif sebagai protektor sinar ultraviolet bagi organ kulit tubuh manusia. Sementara ozon pada permukaan bumi merupakan polutan berbahaya bagi organ paru-paru.
Ozon polutan ini terbentuk dari reaksi sinar matahari dengan hasil pembakaran tanaman, khususnya senyawa nitrogen oksida (NOx). Juga hasil pembakaran mesin mobil dan industri. Jenis ozon ini merupakan komponen utama dari asap (smog), dan cenderung berkadar lebih tinggi pada musim kemarau.
Ozon permukaan atau ozon polutan ini, dapat memperburuk kondisi kesehatan paru-paru, baik pada individu sehat maupun penyandang asma. Pasalnya, kehadiran ozon ini dapat menyebabkan inflamasi dan iritasi pada saluran pernapasan sehingga menyebabkan sulit bernapas. Bahkan pada paparan kronis terjadi pembentukan jaringan paru-parut pada lapisan epitel saluran napas.
Beberapa manifestasi gejala akibat terpapar kadar ozon yang tinggi adalah nyeri dada, batuk, mengi, serta iritasi tenggorok dan hidung tersumbat (kongesti). Dapat memperburuk penyakit asma, bronkitis, emfisema, penyakit paru-paru obstruktif kronis (PPOK), dan kematian pada usia lebih muda.
Individu yang peka terhadap ozon polutan adalah anak-anak lantaran diameter saluran napas lebih kecil, orang dewasa yang bekerja atau berolahraga di luar rumah, lanjut usia, individu dengan penyakit paru-paru khususnya asma dan PPOK, dan individu yang sensitif terhadap ozon polutan. Kadar 30 parts per billion (30 ppb, atau 30 mikrogram ozon per kilogram udara) berpotensi menimbulkan serangan kambuh asma pada anak, sehingga terjadi peningkatan hingga 60 persen kunjungan darurat medis di rumah sakit pada musim kemarau dibanding musim dingin di Amerika Serikat.
Merupakan kabar buruk bagi individu dewasa penyandang asma bahwa paparan 70 parts per billion ozon polutan selama 6,6 jam dapat menyebabkan efek negatif terhadap fungsi paru-paru.
Untungnya paparan ozon ini bersifat mudah pulih (reversible) pada individu sehat. Saran dari United States Environmental Protection Agency (EPA) terhadap ozon polutan pada saat kebakaran hutan di musim kemarau, jikalau papan petunjuk indeks standar pencemar udara (ISPU) menunjukkan kadar ozon (O3) pada skala berbahaya, maka batasi kegiatan di luar rumah, apalagi beraktivitas olahraga di saat kabut asap. Tambahan pula, ozon polutan meningkat kadarnya pada tengah hari atau hingga sekitar pukul 2 siang. Yakinkan AC atau pendingin ruangan berfungsi normal selama musim kemarau.
Jika melakukan perjalanan, dianjurkan lebih memilih menggunakan kendaraan umum, berjalan kaki, atau bersepeda, sehingga dapat mengurangi emisi ozon polutan khususnya pada musim kemarau. Gunakan senyawa kimia secara bijaksana, di antaranya cat dinding yang rendah kadar VOC (volatile organic compound). Sebab VOC dapat berinteraksi dengan udara panas dan sinar matahari menjadi ozon polutan. (11)
––F Suryadjaja, dokter pada Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali.
Sumber : Suara Merdeka