Tuesday, 15 September 2015

MSG Berisiko Menyebabkan Kegemukan



Siapa yang tidak mengenal Monosodium Glutamate atau yang sering kita kenal dengan MSG dalam bahasa sehari-hari ?. Tentu sebagian besar sudah pernah mendengar bahkan sering mengkonsumsi penambah rasa yang satu ini. Monosodium Glutamate (MSG) pertama kali diisolasi sebagai asam glutamat pada tahun 1866 oleh ahli kimia Jerman yang bernama Ritthausen dengan hidrolisis asam dari gliadin, sebuah komponen dari gluten gandum.

Menurut Vernon (2004) yang dikutip dari Journal of Chemical Education menyebutkan bahwa komponen utama MSG adalah 78% glutamat, yang merupakan salah satu asam amino pembentuk protein tubuh dan makanan. Unsurunsur MSG lainnya juga tidak asing bagi tubuh dan makanan sehari-hari, yaitu 12% natrium/sodium dan 10% air.

Monosodium Glutamate (MSG) memiliki cita rasa yang khas disebut ìumamiî, suatu elemen rasa yang dijumpai pada makanan alamiah seperti kaldu. Sebagai penambah rasa (flavor enhancer), bahan ini sudah diproduksi secara komersial sejak tahun 1909. Oleh karena itu, penggunaan MSG sampai saat ini tidak hanya dijumpai pada proses pengolahan makanan dengan skala besar saja, pada tingkat rumah tangga sudah sering dijumpai penggunaannya untuk sehari-hari. Namun, ada juga masyarakat yang meyakini tidak aman atau berbahaya untuk dikonsumsi. Lantas, Apakah MSG aman untuk dikonsumsi ?.

Tahun 1959, Food and Drug Administration (FDA) atau Badan Pengawas Obat dan Makanan di Amerika mengelompokkan MSG sebagai ìgenerally recognized as safeî (GRAS), sehingga aman untuk dikonsumsi. Di Indonesia, konsumsi aman diatur dalam PerKBPOM No.23 Tahun 2013 tentang Batas Maksimum Penggunaan Bahan Tambahan Pangan Penguat Rasa. Dalam PerKBPOM No.23 Tahun 2013 tidak terdapat batas aman yang spesifik untuk konsumsi MSG. Namun, FDA menetapkan batas aman adalah 120 mg/kg berat badan/hari.

Sebuah survei yang dilakukan oleh FDA melaporkan bahwa di Amerika Serikat konsumsi perkapita rata-rata mencapai 550 mg/hari, sedangkan di Inggris ditemukan pada masyarakat rata-rata mencapai 580 mg/hari. Di Wilayah Asia khususnya Jepang dan Korea diperkirakan rata-rata mencapai 1,2-1,7 g/hari. Rata-rata konsumsi MSG untuk beberapa Negara di atas tentunya sudah melebihi batas aman FDA. Sehingga muncul suatu pertanyaan, apa dampak yang melebihi batas aman bagi tubuh ?. Bagaimana mekanisme ini bisa terjadi ?.

Konsumsi yang berlebih salah satunya berisiko meningkatkan potensi kegemukan, hal ini dilansir dalam sebuah jurnal Internasional yaitu ’’American Journal of Clinical Nutrition’’ (AJCN). Penelitian ilmiah mengenai hubungan bahan tersebut dengan kejadian kegemukan sudah banyak dilakukan, baik melalui hewan coba maupun manusia. Penelitian yang dilakukan oleh Sanabria et al pada tahun 2002 mengenai pemberian MSG 4 mg/hari terhadap tikus hamil hari ke 17-21 menunjukkan bahwa anak-anak tikus lebih gemuk bahkan cenderung obesitas. Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Ka He et al pada tahun 2011 juga menunjukkan bahwa  konsumsi berhubungan dengan kejadian kegemukan pada orang dewasa di China. Penelitian ini dilakukan secara prospektif dan memakan waktu yang sangat lama yaitu mulai dari tahun 1991 sampai 2006.

Keseimbangan
MSG berpengaruh terhadap keseimbangan energi melalui gangguan aktivitas hormon leptin pada kelenjar hipotalamus yang terdapat pada otak. Leptin mempunyai peranan yang penting dalam hal pengaturan berat badan seseorang. Caranya dengan mengendalikan rasa lapar dan pemakaian energi.

Pada dasarnya, leptin adalah penghubung antara sistem syaraf pusat dan sel lemak dalam tubuh. Setelah ditangkap oleh penerima leptin, otak segera menyampaikan sinyal yang menurunkan rasa lapar dan menaikkan pemakaian energi. Jika aktivitas Leptin terganggu maka akan mengakibatkan nafsu makan terus-menerus tinggi dan penggunaan energi cenderung rendah. Aktivitas fisik yang kurang dan asupan tinggi kalori mempengaruhi sindrom metabolik dalam tubuh dengan menurunkan tingkat asam lemak bebas dan oksidasi glukosa dalam otot skeletal dan otot jantung, yang berpotensi menimbulkan penumpukan lemak tubuh dan resistensi terhadap kerja biologis insulin.

Dalam bahasa sederhana, MSG dapat mengganggu kerja hormon leptin di hipotalamus otak, dimana jika  terganggu maka nafsu makan akan terus meningkat sehingga seseorang akan merasa lapar terus-menerus dan menyebabkan konsumsi makanan akan berlebih. Namun, peningkatan konsumsi makanan tidak diimbangi dengan aktivitas fisik yang cukup sehingga penggunaan energi cenderung rendah. Jika konsumsi makanan berlebih namun aktivitas fisik kurang maka sindrom metabolik tubuh akan terganggu akibatnya terjadi penumpukan lemak dalam tubuh sehingga hal ini yang menyebabkan timbulnya risiko kegemukan bahkan jika berlangsung secara berulang akan timbul obesitas.

Gizi Ganda
Kegemukan (overweight) merupakan salah satu model transisi masalah gizi di Indonesia, fenomena ini sering disebut masalah gizi ganda. Sebelumnya, hanya gizi buruk saja yang ditandai dengan marasmus dan kwashiorkor, namun sekarang ini timbul masalah gizi lebih yang ditandai dengan kegemukan dan obesitas. Menurut data Riskesdas 2010, prevalensi obesitas di Indonesia meningkat dari 12,2% pada tahun 2007 menjadi 14,2 % pada tahun 2010.

Kegemukan atau obesitas adalah suatu kondisi medis berupa kelebihan lemak tubuh yang terakumulasi  sedemikian rupa sehingga menimbulkan dampak merugikan, yang kemudian menurunkan harapan hidup dan atau meningkatkan masalah kesehatan. Seperti yang telah kita ketahui sebelumnya, kegemukan atau obesitas berisiko menyebabkan berbagai jenis penyakit.

Beberapa yang berakar dari obesitas diantaranya penyakit jantung koroner (PJK) dan Diabetes Mellitus Tipe II yang diakibatkan oleh resistensi insulin. Pada prinsipnya, timbunan lemak akan memicu terbentuknya aterosklerosis, penebalan pembuluh darah akibat akumulasi senyawa lemak seperti kolesterol dan trigliserida, khususnya pada arteri koronaria, arteri yang bertugas membawa darah segar ke otot-otot jantung. Pengaruh lemak ini tidak bersifat langsung, tetapi melalui proses berantai yang kompleks. Secara singkat, lemak yang terakumulasi pada pembuluh darah akan menimbulkan peradangan, yang pada akhirnya membentuk tonjolan plak yang mempersempit diameter dalam pembuluh darah. Pada sindrom koroner akut, biasanya telah terjadi pecahnya plak tersebut yang nantinya dapat menyumbat pada arteri koroner.

Gejala penyakit jantung koroner yang disebut dengan sindrom koroner akut (ìserangan jantungî) timbul ketika terjadi peningkatan kebutuhan oksigen jantung tanpa disertai pasokan yang memadai, atau penurunan suplai oksigen pada jantung.

Peningkatan kebutuhan oksigen ini terjadi pada saat jantung melakukan kerja berat misalnya pada saat  berolahraga berat.Sedangkan penurunan suplai oksigen disebabkan karena adanya pengerutan atau penyumbatan arteri koroner. Apabila kebutuhan oksigen jantung tidak terpenuhi dalam jangka waktu tertentu, maka otot jantung akan mengalami kekurangan oksigen dalam darah (iskemia), yang lama kelamaan akan diikuti dengan matinya sel otot jantung (nekrosis). Kondisi iskemia dan nekrosis inilah yang menimbulkan rasa nyeri yang hebat dan henti jantung pada penderita penyakit jantung koroner.

Fakta lain menunjukkan bahwa obesitas memicu peradangan mikro dalam tubuh yang terjadi secara menyeluruh dan terus menerus. Mekanisme peradangan tersebut dapat berkaitan erat dengan terjadinya respon stress yang berujung pada resistensi fungsi insulin.

Dari sini, kita dapat mengambil faedah yaitu, obesitas, adalah salah satu faktor risiko utama diabetes dan memang faktanya 80% pada pasien diabetes mellitus tipe II, mengalami obesitas. Kegiatan olahraga dan pengurangan berat badan, terbukti secara ilmiah dapat meningkatkan sensitivitas dari insulin dan memperbaiki kontrol gula darah pada pasien diabetes.

Gambaran fenomena ini tentunya menjadi renungan terhadap asupan makanan yang selama ini diterapkan mulai dari tingkat rumah tangga hingga level produksi makanan besar. Salah satu cara mengatur pola makan yang baik adalah dengan memilih makanan yang sehat dan bergizi. Makanan yang dikonsumsi sebaiknya rendah lemak dan tinggi serat. Bahan tambahan pangan boleh digunakan namun tentunya tidak melebihi batas aman yang ditentukan. Seperti halnya MSG. Monosodium glutamate (MSG) aman, namun sebaiknya konsumsi tidak melebihi batas aman karena salah satunya akan berisiko menyebabkan kegemukan.(11)

Naintina Lisnawati,
Mahasiswi Magister Ilmu Gizi
Universitas Diponegoro, Semarang

sumber : Suara Merdeka




Friday, 11 September 2015

Teknik Canggih Atasi Kanker


Selama puluhan tahun, kanker merupakan ancaman kesehatan paling serius. Namun, kabar baiknya, penanganannya telah berkembang pesat dalam beberapa tahun terakhir. Pengobatan baru ini menjamin adanya hasil yang lebih baik, tingkat keselamatan yang lebih tinggi, efek samping lebih kecil dan tingkat kualitas hidup penderita menjadi lebih baik.

Mendapat diagnosa mengidap kanker membuat ketakutan banyak orang. Beberapa tahun lalu, pilihan pengobatan sangatlah terbatas dan tujuan utamanya hanya menghilangkan penyakit  dengan segala cara dan akhirnya berujung pada efek samping yang dialami oleh banyak pasien.

Kini keseluruhan proses pengobatan telah berubah. Tindakan diawali dengan proses perencanaan yang meliputi IprimaryP dan IsecondaryP, serta bisa juga perawatan paliatif.Primary treatment bertujuan melenyapkan sel kanker, dan secondary  treatment untuk menghancurkan sel kanker yang tersisa serta mencegah sel tersebut kembali muncul atau menyebar ke organ-organ tubuh di sekitarnya.

Spesialis kanker punya tiga cara mengatasi penyakit tersebut, yaitu operasi, terapi radiasi, dan kemoterapi. Masing-masing pengobatan ini digunakan sebagai primaryP atau I secondary treatmentP. Namun ada banyak cara yang menggabungkan kedua treatment plan ini.

BDua JenisI
Ada dua jenis kanker, yaitu malignansi hematologi dan tumor solid. Malignansi hematologi meliputi kanker darah, kanker sumsum tulang dan kanker kelenjar getah bening; Leukemia dan limfoma adalah dua kanker utama dari jenis malignansi hematologi. Kanker hematologi menyerang seluruh tubuh; sedangkan tumor solid hanya menyerang dan menempel di organ tubuh tertentu.

Operasi bukanlah pilihan penanganan malignansi hematologi karena sel kanker berada di seluruh tubuh. Tindakan yang umum dilakukan adalah kombinasi kemoterapi dengan terapi radiasi. Untuk penanganan tumor solid seperti kanker payudara atau kanker serviks, dokt er biasanya menyarankan operasi sebagai Iprimary treatmentP, dan diikuti dengan terapi radiasi atau kemoterapi. Tumor yang berukuran terlalu besar tidak dapat langsung dihilangkan dengan aman melalui operasi.

Oleh karena itu, teknologi terkini biasanya mengatasi masalah ini dengan menyusutkan ukuran tumor secukupnya sehingga tumor tersebut dapat dihilangkan dengan operasi sebagai secondary treatment.

Menggabungkan dua atau lebih metode pengobatan terbukti efektif mengalahkan sel kanker.

Terapi radiasi
Banyak penderita menjalani terapi radiasi sebagai bagian dari proses pengobatan. Radiasi ion berkecepatan tinggi mampu menyerang dan menghancurkan sebagian besar sel kanker serta
meminimalkan kerusakan sel yang sehat. Terapi radiasi untuk beberapa pasien dilakukan dari luar tubuh, sedangkan ada pasien yang dipasang implan radioaktif di sebelah tumornya. Operasi dan radiasi termasuk pengobatan lokal karena dilakukan di area tertentu- (misalnya payudara, prostat, paru-paru, dll) dan biasanya langsung mengarah ke tumor. Kemoterapi berbeda dengan pembedahan
atau radiasi dan hampir selalu digunakan untuk pengobatan sistemik. Kemoterapi adalah enanganan
dengan obat-obatan untuk menghancurkan sel kanker yang berkembang dengan cepat.

Pemahaman baru mengenai kanker serta kemajuan teknologi dan teknik kedokteran telah berdampak besar dalam deteksi dan pengobatan kanker. Dokter mampu mendeteksi kanker lebih awal sehingga tingkat keberhasilan pengobatan menjadi lebih tinggi dengan lebih sedikit trauma.

Less-Invasive surgery
Kemajuan teknologi mengarah kepada proses penanganan yang lebih baik dan beberapa pilihan pengobatan untuk jenis kanker yang berbeda. Bagi pasien yang pernah menjalani operasi kanker usus besar, paru-paru atau prostat, alternatifnya adalah bedah laparoskopik. Ahli bedah menggunakan alat teleskopik berteknologi tinggi yang dimasukkan lewat sayatan kecil pada kulit. Pembedahan ini telah mengubah hidup banyak penderita kanker.

Penderita kanker payudara kini dapat menghindari mastektomi sebagai prosedur standar dan penderita kanker rektal bisa memperoleh fungsi usus yang normal. Bedah ini hanya menghilangkan jaringan yang rusak di rektum; sehingga saluran anus tetap utuh. Bagi penderita kanker rektal, tersedia penanganan yang lebih canggih yaitu dengan kolostomi permanen (pembuatan lubang pada saluran cerna untuk membuang kotoran).

Selain pengobatan di atas, terdapat perkembangan pengobatan yang lain yaitu IGRT (Image Guided Radiation Therapy) yang memiliki tingkat akurasi dan presisi yang tinggi dalam menghantarkan radiasi tepat ke sel kanker. Penanganan ini sangat bermanfaat karena tumor dapat berpindah selama pengobatan. Ada juga teknologi IMRT (Intensity Modulated Radiation Therapy) yang dikontrol dari computer untuk menghantarkan dosis radiasi yang tepat.
Banyak kombinasi formula baru telah diperkenalkan. Efek samping lebih mudah untuk ditangani dan dalam banyak kasus, efek samping itu dapat dihilangkan.


Targeted Therapy Revolution
Kemoterapi adalah pilihan pengobatan berbagai jenis kanker. Namun berdasarkan pengalaman pasien serta beberapa efek samping, pasien terkadang menghentikan kemoterapi ini. Kini ada cara untuk menangani segala jenis kanker yaitu ITargeted TherapyP.

Terapi ini merupakan pengobatan untuk menghentikan pertumbuhan sel kanker. Terapi ini telah diterapkan pada beberapa stadium kanker, termasuk kanker payudara, kanker kolorektal yang sudah menyebar ke hati, untuk kanker paru-paru sudah kebal dengan kemoterapi dan untuk kanker stadium lanjut pada kepala dan leher.

Targeted therapy dipertimbangkan untuk kasus tertentu sebagai alternatif untuk menghilangkan jaringan kanker misalnya pada laring, sinus atau rongga hidung.

Ada berbagai jenis terapi ini mempunyai karakter yang khas dan bekerja untuk menarget dan menghancurkan sel kanker dengan tetap menjaga sel sehat dari kerusakan. Ada tiga pendekatan, pertama, menarget pembuluh darah yang mengandung tumor. Kedua, menghambat sinyal reseptor yang memicu pertumbuhan kanker. Ketiga, membentuk sel antibodi sebagai sistem kekebalan tubuh pasien agar bisa mengalahkan sel kanker.

Terapi ini biasanya digunakan sebagai penanganan sekunder yang dapat menaikkan tingkat ketahanan pasien dari penanganan primer seperti bedah, terapi radiasi dan kemoterapi. Bisa dilakukan sebelum atau sesudah penanganan awal, tergantung rekomendasi dokter pada kondisi pasien.

Karena terapi ini berfokus pada target gen tertentu, tidak setiap pasien merupakan kandidat yang tepat untuk jenis terapi ini. Pasien akan diberikan test genetik tertentu untuk mengetahui apakah dia cocok dengan terapi tersebut.

Dr Narongsak Kiatikajornthada,
AJ Healthcare Consulting Semarang

Sumber  : Suara Merdeka




Nyeri Muskuloskeletal akibat Kerja Fisik


Berbagai bentuk rasa tak nyaman pada otot tubuh tatkala harus bekerja ekstra seharian membersihkan lantai dan dinding rumah setelah banjir susut. Bentuk rasa nyaman yang bersumber dari gangguan pada sistem muskuloskeletal dapat berupa kelelahan, mialgia, kram otot, bahkan terkilir.

Sepanjang masih dalam toleransi fisiologis tubuh, umumnya gangguan sistem muskuloskeletal akibat melakukan pekerjaan do mestik, dapat pulih sendiri (self-limiting). Na mun, sebagian menyelesaikan persoalan gang guan kesehatan tubuh ini dengan terapi nonfarmakologis, seperti pijat refleksi, masase, diatermi, atau mandi air hangat hingga relaksasi. Sementara sebagian kecil menanganinya dengan mengonsumsi suplemen energi, vitamin, dan obat pereda nyeri. Obat pereda nyeri yang diapaki dapat berupa analgesik parasetamol, dipiron, non-steroidal antiinflamatory drugs (NSAID), hingga tramadol.

Kira-kira 40 persen massa tubuh manusia tersusun dari otot rangka yang utama memben tuk sistem muskuloskeletal. Kerja fisik yang memerlukan kerja otot tidak bisa dilepaskan dari dinamika keseharian manusia. Selain aktivitas rutin kerja di kantor, sebagian waktu keseharian dihabiskan untuk menyelesaikan pekerjaan domestik di lingkungan rumah tangga.

Sementara tingkat aktivitas kerja domestik meningkat drastis pada acara terkait peristiwa kehidupan (kelahiran, pernikahan, dan kematian), namun tatkala banjir melanda pada suatu kawasan, aktivitas membersihkan lantai, teras dan pelataran rumah dari endapan lumpur dan tumpukan sampah bisa menyita tenaga fisik dalam kurun beberapa hari.

Tingkat kerja fisik yang melebihi rata-rata keseharian berdampak pada penurunan kualitas kesehatan otot rang ka. Pada saat melakukan aktivitas kerja fisik hanya rasa lelah yang menghinggapi. Pada kondisi tubuh normal, dengan istirahat sedikitnya 30 menit, rasa lelah ini sudah dapat pulih sempur na. Namun, satu atau dua hari kemudian timbul rasa pegal (mialgia) yang menjadi hambatan tersendiri untuk melakukan aktivitas fisik selanjutnya.


Mialgia merupakan istilah medis untuk menyatakan nyeri pada otot dan sekumpulan otot rangka (otot skelet). Meskipun merupa kan kondisi umum setelah tubuh beraktivitas atau latihan fisik lebih dari biasanya, melanda sekitar 3 persen populasi saat pascabanjir. Regional tubuh yang sering terserang adalah leher, pinggang, gelang bahu, otot din ding dada, paha, dan betis.Posisi tubuh yang salah, juga dapat menjadi penyebab mialgia.

Mialgia pada bahu termasuk tinggi prevalensinya, nyeri pada bahu terjadi karena efek faktor mekanis dari kerja fisik yang berlebihan (overuse), gerak rotasi tubuh yang berlebihan, bekerja dengan tubuh membungkuk ke depan, dan bekerja dengan letak tangan lebih tinggi dari posisi letak bahu (Miranda et al 2001). Juga mendorong atau menarik barang yang berbobot berat. Prevalensi nyeri bahu meningkat seiring dengan bertambahnya umur.

Lumbago Nyeri pinggang bawah (low back pain, nyeri boyok) merupakan sindrom nyeri regional muskuloskeletal yang paling umum. Diperkirakan 49 persen wanita dan 37 persen pria  usia 45-59 tahun pernah terkena nyeri pinggang bawah. Puncak prevalensi nyeri pinggang bawah pada usia sekitar 60 tahun. Satu dari 20 orang dewasa mengkonsultasikan nyeri pinggang bawah pada pusat layanan primer (Croft et al 1998).

Mengangkat beban berat, mengusung atau membawa beban pada bahu atau di atas bahu, menarik barang berbobot berat, berlutut dan jongkok, semuanya diprediksi dapat pemicu nyeri pinggang bawah (Harknesset al 2003). Posisi tubuh saat bekerja juga berkontribusi sebagai faktor risiko bagi nyeri pinggang bawah.

Laju metabolisme tubuh amat meningkat selama kerja fisik yang berat. Sebagai pembanding, metabolisme tubuh selama lari maraton meningkat hingga 20 kali di atas normal. Meskipun begitu, ada batas tertinggi bagi sebagian besar mekanisme fisiologis tubuh untuk toleransi atau bertahan terhadap stres kerja fisik yang berlebihan. Rasa lelah merupakan pertanda awal bahwa ambang toleransi tubuh telah terlampaui.

Hambatan aliran darah yang menuju ke otot yang sedang berkontraksi mengakibatkan kelelahan otot karena kehilangan suplai makanan dan oksigen. Sering dengan bertambahnya usia seseorang, aterosklerosis yang semakin berkontribusi dominan dalam menimbulkan hambatan aliran darah ke otot rangka. Semakin bertambah usia dan semakin parah tingkat hambatan aliran darah, semakin mudah otot tubuh mengalami kelelahan dan mialgia.

Pada individu normal, istirahat diperlukan setelah bekerja fisik berlangsung 4-5 jam saat tiba cadangan glikogen otot mulai habis, maka ke butuhan istirahat lebih awal tiba nya. Pada sisi lain, diperlukan waktu 48 jam untuk meraih kesembuhan dari mialgia akibat aktivitas fisik yang berkategori kerja berat. Namun, istirahat, gerak jasmani ringan, dan nutrisi yang tinggi karbohidrat, penting untuk mem percepat pemulihan rasa pegal pada otot rangka.

Tidak selalu mialgia memerlukan medikasi dengan obat-obatan. Pasalnya, nyeri bagian tubuh akibat kerja berlebihan umumnya beresponsefektif dengan kompres hangat, masase, dan istirahat atau mengurangi kegi atan fisik selama mialgia. Lagipula, olah jasmani berjalan kaki, bersepeda, dan berenang dapat membantu penyembuhan. Bila nyeri muskuloskleletal bertahan lebih dari 3 hari atau bahkan bertambah parah, pertolongan medis direkomendasikan.

Lumbago merupakan istilah yang semakin kurang popular dibanding nyeri pinggang bawah. Lumbago adalah nyeri pinggang bawah ringan hingga parah yang timbul mendadak. Berlokasi jelas pada daerah lumbosakral. Pada kasus lumbago, daerah pinggang terasa nyeri bila ditekan, lantaran otot-otot paraspinal di daerah itu mengalami spas mus (kram). Masyarakat awam mengaitkan lumbago karena
masuk angin atau lantaran bajunya basah karena bekerja dengan air untuk membersihkan endapan lumpur.

Secara medis disebabkan kelainan pada susunan tulang belakang atau kelemahan jaringan otot yang mengelilingi tulang be la kang. Nyeri pada lumbago bertambah parah bila pasien bergerak atau bila tubuhnya ter gerak karena batuk atau bersin. Sangat menyerupai hernia nucleus pulposusakut (HNP
akut). Bedanya, pada HNP terdapat nyeri radikuler, sedangkan lumbago tidak. Terapi lumbago adalah istirahat total, pembe rian obat analgetik, pemberian panas dengan si nar lampu merah atu diatermi, hingga pe nyuntikan prokain pada tempat yang nyeri.


– F Suryadjaja, dokter pada
Dinas Kesehatan Kabupaten

Sumber : Suara Merdeka



Boyolali